Cara Efisien Pemkab Banyuwangi Kendalikan Hama Tikus dengan Rumah Burung Hantu

Cara Efisien Pemkab Banyuwangi Kendalikan Hama Tikus dengan Rumah Burung Hantu

Ardian Fanani - detikJatim
Senin, 29 Agu 2022 11:37 WIB
Bupati Banyuwangi saat menijau sawah Banyuwangi
Bupati Ipuk Fiestiandani meninjau rumah burung hantu (Foto: Ardian Fanani/detikJatim)
Banyuwangi -

Kabupaten Banyuwangi mengendalikan hama tikus pertanian dengan menggunakan burung hantu (Tyto Alba). Upaya ini dilakukan dengan memfasilitasi 342 rumah burung hantu (rubuha) untuk disebar ke sejumlah wilayah pertanian yang tingkat populasi tikusnya tinggi.

"Ini lebih ramah lingkungan. Selain mengurangi penggunaan pestisida, juga mendukung pelestarian burung hantu yang ternyata sangat bermanfaat bagi petani. Hewan ini merupakan predator alami tikus sehingga bisa melindungi tanaman petani," kata Bupati Banyuwangi Ipuk Fiestiandani, Senin (29/8/2022).

Ipuk sendiri sempat meninjau lahan pertanian dan rumah burung hantu yang telah difasilitasi pemkab tersebut. Peninjauan ini di sela program Bupati Ngantor di Desa (Bunga Desa) di Desa Kedungasri, Kecamatan Tegaldlimo, pada 24 Agustus 2022 lalu.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Plt Kepala Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Banyuwangi M. Khoiri menjelaskan, burung hantu dipilih sebagai predator dikarenakan memiliki kemampuan mendeteksi mangsa dari jarak jauh.

"Hewan ini memiliki pendengaran yang sangat tajam serta mampu terbang dan menyergap mangsanya dengan cepat tanpa suara," paparnya.

ADVERTISEMENT

Ukuran tubuhnya yang relatif lebih besar, mampu beradaptasi dengan lingkungan baru dan cepat berkembang biak. Dalam sehari, kata Khoiri, burung hantu besar dapat memangsa tikus hidup sebanyak 3 hingga 5 ekor dengan jangkauan terbang hingga 12 kilometer.

"Burung hantu mampu mendengar suara tikus dari jarak 500 meter. Ini menjadikannya sebagai alternatif solusi yang paling efektif untuk menekan populasi tikus," kata Khoiri.

Sambutan petani dengan program ini, di halaman selanjutnya!

Dia menambahkan, penggunaan burung hantu sebagai pengendali tikus tidak memerlukan biaya dan tenaga yang besar. Burung hantu akan datang secara sendirinya ke lokasi-lokasi yang terdapat banyak tikus. Cukup difasilitasi rumah burung hantu (rubuha) di sekitar areal persawahan, mereka akan menetap di lokasi tersebut.

"Tidak butuh waktu lama, rubuha yang disiapkan pasti akan ditempati. Ini sangat efisien bagi petani, dan yang paling penting tidak berdampak negatif terhadap lingkungan," ujar Khoiri.

Pembangunan rubuha bertujuan sebagai tempat transit burung hantu liar dan diharapkan menjadi tempat tinggal bagi burung hantu untuk bisa berkembang biak. Sehingga, keberadaan burung hantu juga dapat dilestarikan.

Dalam program ini, Banyuwangi menyiapkan 342 rubuha yang akan disebar ke sejumlah wilayah dengan tingkat populasi tikus tinggi. Termasuk Kecamatan Tegaldlimo yang mendapatkan alokasi 27 rubuha. Sebelumnya, di kecamatan ini sudah terdapat 60 rubuha yang tersebar di 6 desa.

"Dengan program ini, kita harapkan kelestarian burung hantu semakin terjaga. Diiringi dengan penurunan hama tikus sehingga produksi padi dan pendapatan petani semakin meningkat," jelas Khoiri.

Program ini disambut positif para petani. Salah satunya Solikin, Ketua Kelompok Tani Sri Rejeki dari Desa Kedungasri, Tegaldlimo. Solikin juga salah satu penerima rubuha dari pemkab.

Dia menyebut, bersama petani lain di wilayahnya, ia sudah sejak 2019 menggunakan burung hantu untuk mengendalikan hama tikus di lahannya. Menurutnya, cara ini sangat bermanfaat.

"Alhamdulillah dapat tambahan. Kita pasang rubuha di setiap areal HIPPA. Semoga adanya tambahan rubuha ini bisa semakin membuat sawah kami lebih aman dari hama tikus," ujarnya.

Halaman 2 dari 2
(hil/fat)


Hide Ads