Tersinggung 'Amplop Kiai', Kader PPP Jatim Minta Suharso Monoarfa Mundur

Tersinggung 'Amplop Kiai', Kader PPP Jatim Minta Suharso Monoarfa Mundur

Faiq Azmi - detikJatim
Jumat, 19 Agu 2022 21:32 WIB
Kader PPP Jatim desak Suharso Manoarfa, Ketum PPP mundur
Kader PPP Jatim desak Suharso Manoarfa Ketum PPP mundur. (Foto: Faiq Azmi/detikJatim)
Surabaya -

Pidato Ketua Umum Partai Persatuan Pembangunan (PPP) Suharso Monoarfa terkait 'amplop kiai' saat 'Pembekalan Antikorupsi Politik Cerdas Berintegritas (PCB) untuk Partai Persatuan Pembangunan (PPP)' di Gedung ACLC KPK, Jakarta, 15 Agustus lalu berbuntut panjang.

Meski DPP PPP sudah meminta maaf terkait pernyataan tersebut, namun kader PPP di Jawa Timur masih sakit hati. Bahkan, kader meminta Suharso segera angkat kaki dari PPP.

"Pada prinsipnya kami menyesalkan ketua umum terkait pernyataan persoalan amplop kiai. Dalam fenomena ini kami mengambil sikap agar ketua umum menyelamatkan gerbong besar ini. Oleh sebab itu, beliau harus legowo mundur dari ketum, kalau tidak nanti ada gerakan lebih besar lagi untuk meruntuhkan bangunan ini (mencopot Suharso)," kata Sekretaris Majelis Pakar DPW PPP Jatim Sudarsono Rahman saat mendatangi Kantor DPW PPP Jatim, Jumat (19/8/2022).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sudarsono mengatakan, Suharso harus gentle untuk mengakui kesalahan fatalnya dan segera mundur. Menurutnya, kepemimpinan Suharso bisa merugikan partai apalagi saat ini sudah mendekati momen Pemilu 2024.

"Kalau beliau legowo mundur akan soft, proses pemenangan partai akan jalan, an target terpenuhi. Daripada gerakan demo terus terjadi. Soal siapa penggantinya itu urusan DPP dan usulan DPW se-Indonesia, serta DPC," ujarnya.

ADVERTISEMENT

"Bisa jadi Muktamar Luar Biasa (MLB), tapi harus dihitung karena waktunya singkat menjelang pemilu 2024."

Sementara, Wakil Ketua Majelis Pertimbangan DPW PPP Jatim KH Saiful Muluk Basaiban menyebutkan bahwa ucapan Suharso menyakiti para santri dan kiai. Budaya 'amplop kiai' atau biasa disebut bisyaroh merupakan hal biasa.

"Sangat disesalkan pernyataan Suharso. Bahwa memberi hadiah ke kiai itu bentuk penghormatan. Kiai tidak pernah minta dan menekan, bedakan antara hadiah dan meminta. Sebagai seorang santri memuliakan kiai salah satunya dengan bisyaroh, itu biasa. Itu bentuk hormat," tegas Saiful.

Pengasuh Ponpes Sidoresmo Surabaya itu mengingatkan bahwa PPP merupakan partai berasaskan Islam. Jika Suharso terus melukai umat islam maka PPP akan berpotensi terus tenggelam.

"Ini menyakiti, apalagi di kalangan ponpes. Seakan-akan korupsi itu dimulai dari ponpes, padahal ponpes itu anti korupsi. Kalau memberi hadiah itu adalah bentuk menghormati, bentuk mencintai kita ke kiai," ujarnya.

Pernyataan Suharso merugikan PPP. Baca di halaman selanjutnya.

Minta Suharso Monoarfa Legowo Mundur

Menurut Saiful, pernyataan Suharso tersebut sudah merugikan PPP yang berasaskan Islam. Saiful menekankan kembali bahwa Suharso lebih baik legowo mundur daripada terjadi gejolak lebih besar.

"Kalau sudah demikian merugikan partai berasas islam, daripada mengorbankan harapan umat islam di Indonesia, ya harus legowo mundur daripada gejolak besar. PPP ini rumah besar umat islam, harus dijaga, hanya karena tingkah laku seseorang, bisa berdampak merusak semuanya," sambungnya.

Sekretaris Majelis Pertimbangan DPW PPP Jatim KH Muhid Effendi menilai bila Suharso mundur maka partai akan semakin besar. Ia menyebut Suharso hanya menghambat kebesaran partai belaka.

"Kita itu bagaimana caranya PPP menjadi partai besar. Ketika ketum begini otomatis menganggu kebesaran PPP, tidak diganggu saja PPP terseok-seok, apalagi diganggu. Kalau tidak legowo mundur, sama saja Suharso menghambat kebesaran PPP," tegasnya.

Menurut Pengasuh Ponpes Mahasiswa An-Nur Surabaya ini PPP sudah masuk lubang dalam pada 2019 lalu. Jangan sampai hal yang sama terulang kembali saat Pemilu 2024.

"Kalau enggak legowo mundur dan masih ngotot itu malah membuat PPP carut marut. Kami minta PPP tahun 2024 minimal parliamentary threshold terlalui. Kami mendesak Suharso membesarkan PPP dengan mundur, jangan sampai PPP masuk lubang lagi," ujarnya.

Tak hanya itu, Wakil Sekretaris Majelis Syariah KH M Hadits menilai ucapan Suharso sudah offside dan harus mendapat kartu merah. Dengan hal itu, Suharso harus meninggalkan PPP.

"Ibarat pemain bola, itu sudah offside dan kena kartu merah. Maka harus segera meninggalkan lapangan hijau. Harus malu dia dengan dirinya sendiri dan mundur," kata Hadits.

Pengasuh Yayasan Al Muthmainnah Bojonegoro ini menyebut banyak kader PPP yang mumpuni dan lebih baik dibandingkan dengan Suharso.

"Kalau bisa pengganti dari internal, karena banyak kader kita yang bagus," ujarnya.



Simak Video "Video Dudung Tak Minat Jadi Ketum PPP: Saya Belum Mau Berpolitik"
[Gambas:Video 20detik]


Hide Ads