Spanyol sekali lagi menjadi magnet yang mengundang para pelaku heist untuk membuktikan ilmunya menjebol sistem keamanan sebuah bank. Money Heist sudah membuktikan itu dan kini Way Down juga mengetengahkan tema serupa.
Ya, film garapan sineas Spanyol itu menghadirkan tegangnya perampokan sebuah brankas bank yang diklaim paling aman di Spanyol. Heist ini bermula saat harta karun yang diangkat Walter (Liam Cunningham) dari laut disita bea cukai Spanyol dan disimpan di sebuah bank yang mempunyai tingkat keamanan tingkat tinggi.
Walter bersama komplotannya, Lorraine (Astrid Berges-Frisbey), James (Sam Riley), Simon (Luis Tosar), dan Klaus (Axel Stein) berusaha menjebol brankas itu. Namun usaha mereka membutuhkan seorang Thom (Freddie Highmore), seorang mahasiswa super jenius.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Berhasilkah komplotan itu menuntaskan misinya dengan waktu dan persiapan yang singkat?
Film yang di beberapa negara diberi judul The Vault ini cukup menarik meski klise. Alur-alur yang berjalan sebenarnya bisa diprediksi dengan kemudahan-kemudahan yang ada dan hole yang bisa dipertanyakan. Memang sang sutradara Jaume Balaguero menyuguhkan twist di ending. Namun kesan klise di awal membuat ending itu terasa familiar
Tapi itu semua tak menjadi masalah karena Way Down memang menghibur dengan berjalan pada ketegangan-ketegangan yang ada. Ketegangan itu dengan dinamis ditarik ulur oleh Balaguero mulai dari pertengahan hingga akhir film. Sisi teknis soal keamanan bank dan detil brankas yang ditampilkan di Way Down juga membuat film yang mempunyai tagline 'No Job Is Impossible' ini bertambah asyik untuk diikuti alurnya.
Satu keunggulan yang dipunyai Way Down di sini adalah ketegangan yang terbangun berbalut dan ber-background final Piala Dunia 2010 di mana Spanyol masuk final dan juara. Momen hingar bingar itulah yang dimanfaatkan Balaguero menjadi bumbu kunci yang membuat heist ini semakin renyah dinikmati.
Satu hal yang mungkin Balaguero kurang mengolahnya menjadi maksimal adalah chemistry yang terbangun di antara para protagonis terasa lemah. Tak ada chemistry yang benar-benar stick. Seolah-olah karakter protagonis di sini berjalan sendiri-sendiri di antara balutan hubungan yang mereka klaim sudah seperti keluarga. Masih ada kekakuan-kekakuan di dalamnya.
Pendalaman untuk masing-masing karakter juga terasa kurang. Semuanya hanya ditampilkan lebih kepada kulitnya saja. Background Thom yang merupakan mahasiswa jenius ditampilkan apa adanya tanpa alasan yang lebih kuat mengapa ia harus bergabung dengan kriminal ketimbang mencari tantangan lain yang lebih aman. Lorraine telah menganggap Walter layaknya seorang ayah, tetapi alasan dirasa masih kurang kuat dengan narasi yang ia ucapkan sendiri.
Namun secara umum Way Down tetaplah menarik untuk menjadi sajian yang menghibur. Tak perlu ada usaha berlebih atau perlu berpikir keras untuk menyimak ketegangan yang ada. Nikmati saja pacing dan alurnya yang mengalir mulus.
Way Down, di balik segala kekurangannya, film ini tetap enjoy untuk dinikmati. Tak perlu berpikir keras, cukup simak keseruannya saja.
(iwd/sun)