6 Dokter Hewan Unair Bedah Bangkai Paus Sperma di Banyuwangi

6 Dokter Hewan Unair Bedah Bangkai Paus Sperma di Banyuwangi

Ardian Fanani - detikJatim
Rabu, 03 Agu 2022 12:49 WIB
Paus sperma di Banyuwangi dibedah
Foto: Bangkai paus sperma di Banyuwangi dibedah (Ardian Fanani/detikJatim)
Banyuwangi -

Penyebab matinya paus sperma di Banyuwangi diteliti Sekolah Ilmu Kesehatan dan Ilmu Alam (SIKIA) Universitas Airlangga Banyuwangi. Lima belas anggota tim reaksi cepat mamalia terdampar dari kemarin turun untuk melakukan nekropsi atau bedah bangkai paus.

Nekropsi telah dilakukan pada Selasa malam (2/8/2022). Enam dokter hewan dari Unair, dibantu sembilan orang asisten dosen untuk proses nekropsi. Proses nekropsi sendiri dilakukan sebagai langkah investigasi medis untuk memastikan penyebab kematian paus tersebut.

"Ada enam dokter hewan dari Unair, dibantu sembilan orang asisten dosen untuk proses nekropsi. Ini merupakan permintaan dari BPSPL Denpasar Wilker Banyuwangi dan BKSDA Jatim, "ujar salah satu dokter hewan Unair, Aditya Yudhana kepada detikJatim, Rabu (3/8/2022).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Secara medis dan dari laporan yang diterimanya, Paus tersebut sudah mulai tidak bernafas sejak Senin (1/8) sore sekitar pukul 18.00 WIB. Tidak ada proses respirasi dari tubuh paus sehingga mamalia raksasa tersebut dinyatakan mati.

"Sejak Selasa siang kita lihat pembusukan sudah berjalan. Tapi masih masuk kode 2 atau baru mati. Nanti perlahan akan masuk ke kode 3, mulai proses penimbunan gas, biasanya terlihat setelah kulit mengelupas,"jelasnya.

ADVERTISEMENT

Karena kematian paus lebih dari 24 jam, kata Aditya, pengambilan sampel bangkai paus tidak dilakukan secara menyeluruh. Pembusukan di organ dalam telah terjadi pada 24 jam masa kematian paus. Sehingga hanya diambil jaringan kulit bagian luar, sampai bagian daging.

"Kita sepakati, kita ambil sampel yang memungkinkan untuk diperiksa. Jika organ dalam itu sudah busuk sehingga jika kita paksakan hasilnya juga tidak maksimal. Diambil dulu, masih kita awetkan dulu di lab," tambahnya.

Selanjutnya, kata Aditya, jaringan kulit dan daging itu bakal di uji DNA dan uji akumulasi serta polutan organik. Namun butuh proses lama untuk mendapatkan hasil pengujian tersebut. Minimal selama 3 sampai bulan.

"Hasil uji lab sedikit banyak akan bisa mengungkap penyebab kematian. Kita analogikan kayak puzzle. Memang tidak utuh, tapi sudah muncul gambaran yang lebih utuh. Pencemaran organik di laut yang sekiranya membahayakan itu bisa terakumulasi di jaringan yang kita ambil itu," tegasnya.

Terkait proses yang dilakukan dengan mengubur bangkai ikan, Adit menilai hal tersebut sudah sesuai SOP untuk mamalia yang terdampar dan mati. Dia menjelaskan ada dua metode yang bisa dipilih.

Yang pertama mengubur bangkai seluruhnya setelah diambil sampel atau menenggelamkan bangkai tersebut dengan memberikan pemberat di tengah lautan.

"Yang jelas harus segera disingkirkan karena semakin lama bangkainya bisa mengganggu masyarakat yang ada di sekitar," tandasnya.

Informasi yang dihimpun detikJatim di lapangan, paus itu pertama terlihat dari Utara. Tepatnya di belakang Hotel Banyuwangi Beach pukul 13.00 WIB, Senin (1/8/2022).

Paus itu terlihat kebingungan dan hanya berputar-putar di perairan berjarak 50 meter dari bibir pantai itu. Nelayan sempat berupaya membantu menggiring paus itu kembali ke tengah laut, namun usaha itu gagal.

Paus itu terus berenang ke arah selatan sembari terus menyemburkan air lewat punggungnya. Hingga akhirnya paus itu berhenti berenang saat tiba di belakang Hotel Ketapang Indah dan sempat menabrak rangka dermaga.

Fenomena itu cukup jarang terjadi di wilayah setempat. Ia menduga paus itu terdampar karena sedang sakit sehingga tidak mampu menyelam hingga tampak lemah dan tidak kuat berenang.

Hingga akhirnya, pada Senin malam (1/8/2022) paus sperma itu dinyatakan mati. Evakuasi Bangkai Paus Sperma dilakukan hingga saat ini.




(abq/iwd)


Hide Ads