Bullying Masih Ada, Pakar Sebut Pemahaman Orang Tua-Guru Masih Minim

Bullying Masih Ada, Pakar Sebut Pemahaman Orang Tua-Guru Masih Minim

Esti Widiyana - detikJatim
Kamis, 28 Jul 2022 13:13 WIB
ilustrasi bullying di medsos
Foto: (Edi Wahyono/detikcom)
Surabaya -

Kasus bullying pada anak di sekolah masih terjadi. Berdasarkan data KPAI, sepanjang 2021 ada 17 kasus perundungan di SD hingga SMA. Salah satu kasus yang baru-baru ini terjadi yakni siswa SD di Tasikmalaya meninggal diduga depresi setelah jadi korban perundungan temannya di sekolah.

Mengenai kasus itu, Pakar Psikologi Anak Universitas Negeri Surabaya (Unesa) Riza Noviana Khoirunnisa mengatakan fenomena bullying seperti epidemi atau penyakit menular. Bulliying itu dengan cepat menimbulkan banyak korban. Kasus perundungan terus meningkat setiap tahunnya.

Riza menyebutkan faktor penyebabnya ada banyak. Yang sering ditemukan adalah ketidakseimbangan pelaku dengan korban. Bisa berupa ukuran badan, fisik, kepandaian komunikasi, gender hingga status sosial.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Munculnya ketidakseimbangan kekuatan itu kemudian dimanfaatkan untuk kepentingan pelaku dengan cara mengganggu atau mengucilkan korban.

"Penyebab lainnya yang menyertai biasanya terkait lingkungan pergaulan yang salah atau pengaruh teman sebaya dan lain-lain. Karena untuk usia SD, anak ada di fase ketekunan versus rendah diri. Percaya diri vs rendah diri sering terjadi di sekolah," kata Riza, Kamis (28/7/2022).

ADVERTISEMENT

Kasus Bullying juga kurang mendapat perhatian sehingga jatuh korban. Perhatian yang kurang ini bisa karena efek bullying yang tidak terlihat secara langsung. Bahkan banyak korban yang tidak melapor dengan alasan pribadi, seperti takut, malu, diancam, atau lainnya.

Bullying sendiri banyak dianggap guyonan biasa kepada anak-anak yang tidak menimbulkan dampak serius. Ejekan atau olokan secara verbal justru sangat berbahaya bagi anak.

"Biasanya orang tua dan guru menganggap teguran sudah cukup untuk mengakhiri candaan di sekolah. Padahal, ini sebenarnya luka psikis atau emosional yang lebih dalam serta menyakitkan dan efeknya bisa jangka panjang," tuturnya.

Selain itu juga minimnya pengetahuan guru dan orang tua tentang bullying serta dampak terhadap anak. Pengetahuan ini sangat penting untuk melihat, apakah masalah di sekitar anak serius atau tidak.

Bagi anak yang menjadi korban, tentu berdampak pada masalah kesehatan mental. Anak merasa terisolasi secara sosial, tidak memiliki teman dekat atau sahabat dan tidak memiliki hubungan baik dengan orang tua. Hal ini pun bisa menjadi trauma panjang.

"Trauma ini mempengaruhi penyesuaian diri anak dengan lingkungan, terutama sekolah. Beberapa penelitian menunjukkan, bullying menjadi faktor utama yang bisa mempengaruhi prestasi akademik hingga putus sekolah," ujarnya.

Bagi anak yang menjadi pelaku, bullying bisa membuat pelaku minim empati dalam interaksi sosial. Biasanya mengalami perilaku abnormal, hiperaktif hingga prososial. Hal ini berkaitan dengan respons pelaku terhadap lingkungan sosial sekitarnya.

"Ada juga, anak yang jadi korban plus jadi pelaku bullying. Ini tingkat gangguan mentalnya lebih besar. Anak-anak di level ini adalah individu yang mengalami prososial, hiperaktif. Ini menjadi lebih besar dan lebih mengkhawatirkan. Karena itu perlu perhatian dan tindakan yang tepat dari sekolah maupun orang tua," jelasnya.

Menurutnya, iklim sekolah harus diperhatikan. Sekolah harus mempunyai program pencegahan, intervensi, maupun sosialisasi yang efektif. Sinergi antara sekolah dan orang tua sangat penting untuk dibangun dan diperkuat lagi.

Komunikasi yang aktif antara sekolah dan orang tua juga penting dilakukan. Orang tua perlu mengetahui detail informasi mengenai perkembangan sekolah dan anak mereka. Jika perlu, sekolah punya divisi khusus yang menangani komunikasi dengan orang tua.

"Sekolah bisa membuka hotline yang setiap saat bisa orang tua hubungi. Bisa juga sekolah membuat website interaktif. Hal lain yang penting diperhatikan juga, yaitu memperbaiki komunikasi antara orang tua dan anak di rumah. Pola asuh yang baik adalah yang bisa memberikan kesempatan kepada anak, mengungkapkan apa yang ada di pikiran dan hatinya," pungkasnya.

Halaman 2 dari 2


Simak Video "Video: Viral Siswa SMP Dikeroyok saat MPLS di Blitar, Polisi Turun Tangan"
[Gambas:Video 20detik]
(dpe/fat)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads