Gunung Raung dan Sejarah Letusannya

Gunung Raung dan Sejarah Letusannya

Tim detikJatim - detikJatim
Rabu, 27 Jul 2022 20:33 WIB
Gunung Raung
Gunung Raung/Foto: Ardian Fanani
Surabaya -

Gunung Raung merupakan salah satu gunung berapi yang ada di Jawa Timur. Secara administratif, Gunung Raung masuk Banyuwangi, Bondowoso, dan Jember.

Banyak hal menarik dari Gunung Raung. Salah satunya, gunung tersebut memiliki empat puncak.

Yang pertama yakni Puncak Bendera. Kemudian ada Puncak 17 (3.159 mdpl). Yang ketiga Puncak Tusuk Gigi (3.300 mdpl) dan yang paling tinggi Puncak Sejati (3.344 mdpl).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dengan Puncak Sejati 3.344 mdpl, Gunung Raung menjadi yang paling tinggi dalam gugusan Pegunungan Ijen.

Gunung Raung juga merupakan gunung tertinggi ketiga di Jawa Timur. Tentu saja setelah Gunung Semeru dan Gunung Arjuno. Sementara di Pulau Jawa, Gunung Raung menjadi yang tertinggi keempat.

ADVERTISEMENT

Gunung tersebut memiliki kaldera kering. Jika dilihat dari luasnya, kaldera tersebut merupakan yang terbesar di Pulau Jawa. Kemudian menjadi yang terbesar kedua di Indonesia setelah Gunung Tambora, Nusa Tenggara Barat.

Gunung Raung kerap erupsi bahkan meletus. Letusannya memiliki tipe Strombolian, di mana terjadi letusan kecil tetapi terus-menerus mengeluarkan pijar.

Raung juga punya kawah yang terbuka. Sehingga saat erupsi terjadi, lava pijar akan kembali ke dalam kawah atau tidak meluber ke luar kaldera.

Dalam data Pos Pemantau Gunung Api (PPGA) Raung di Desa Sumberarum Kecamatan Songgon, Gunung Raung meletus kali pertama pada tahun 1586. Letusan pertama tersebut tercatat sebagai letusan hebat, hingga mengakibatkan wilayah di sekitarnya rusak dan memakan korban jiwa.

Sebelas tahun kemudian atau pada 1597, gunung dengan nama lain Gunung Rawon itu meletus lagi. Letusan kedua sama hebatnya dengan letusan pertama. Letusan hebat tersebut kembali memakan korban jiwa.

Letusan dahsyat kembali terjadi pada 1638. Letusan mengakibatkan banjir besar dan lahar di daerah antara Kali Setail Kecamatan Sempu dan Kali Klatak Kecamatan Kalipuro, Banyuwangi.

Namun letusan yang paling dahsyat terjadi di tahun 1730. Tercatat erupsi eksplosif disertai dengan hujan abu serta lahar. Bahkan wilayah terdampak erupsi meluas dibanding letusan pertama, kedua dan ketiga. Korban jiwa pun berjatuhan lagi di saat itu.

Cerita kelam gunung terbesar di Pulau Jawa itu masih berlanjut. Letusan terjadi antara tahun 1812 hingga 1814 yang disertai hujan abu lebat dan suara bergemuruh. Setahun kemudian, atau di tahun 1815 terjadi hujan abu di Besuki, Situbondo dan Probolinggo.

Terhitung hingga 44 tahun kemudian, Gunung Raung relatif tenang. Aktivitas vulkaniknya kembali meningkat pada 1859. Tanggal 6 Juli 1864 terdengar suara gemuruh dan di siang hari menjadi gelap.

Selanjutnya tahun 1881, 1885, 1890 dan 1896 terjadi aktivitas vulkanik meliputi suara gemuruh, paroksisma dan hujan abu tipis di kawasan Banyuwangi. Juga terjadi gempa bumi di kawasan Besuki, Situbondo. Lalu pada 16 Februari 1902 muncul kerucut pusat.

Di tahun 1913 antara Bulan Mei hingga Desember, Gunung Raung kembali bergemuruh, bahkan terjadi dentuman keras. Hal yang sama terjadi tiga tahun berturut-turut. Yakni tahun 1915, 1916 dan 1917. Aliran lava di dalam kaldera terjadi tahun 1921 dan 1924.

Fenomena vulkanik dahsyat kembali ditunjukkan Gunung Raung pada tahun 1927. Letusan asap cendewan dan hujan abu sejauh 30 kilometer keluar dari puncaknya. Di tahun yang sama, tepatnya pada Bulan Agustus sampai Oktober terdengar dentuman bom dan terlontar sejauh 500 meter.

Di tahun berikutnya atau 1928, terlihat celah merah di dasar kaldera dan mengeluarkan lava. Fenomena yang sama masih terjadi di tahun 1929.

Tahun 1933 hingga 1945 hanya terjadi peningkatan aktivitas. Tidak tercatat adanya letusan, hanya ada aliran lava di kaldera.

Gunung yang memiliki bibir kaldera seluas 1.200 meter persegi itu kembali mengamuk pada 31 Januari hingga 18 Maret 1952. Puncak gunung menyemburkan asap membara dengan guguran. Tinggi awan letusan mencapai 6 kilometer di atas puncak.

Empat tahun kemudian, 13-19 Februari 1956 terjadi paroksisma. Tercatat pula adanya tiang asap 12 kilometer. Tahun-tahun berikutnya hanya ada peningkatan aktivitas. Namun tahun 1986 letusan asap terjadi di Bulan Januari hingga Maret.

Gunung Raung juga pernah meletus pada 2015. Letusannya mirip kembang api dan lavanya tidak sampai meluber ke lereng gunung. Asap tebal berwarna merah terlihat menyembur dari gunung setinggi 3.332 mdpl itu.

Ketinggian asap diperkirakan mencapai 300-400 meter, mengarah ke tenggara di langit Kota Banyuwangi. Hujan abu sempat dialami oleh warga Banyuwangi, Bondowoso dan Jember.

Lalu pada Kamis (21/1/2021), Gunung Raung dinyatakan berstatus waspada pukul 13.00 WIB. Ini dikarenakan Gunung Raung erupsi kecil yang terjadi sejak pukul 00.33 WIB pada hari yang sama.

"Peningkatan waspada dilakukan oleh PVMBG setelah adanya erupsi kecil di Gunung Raung," ujar Mukijo, Kepala Pos Pengamatan Gunung Api (PPGA) Raung kepada detikcom, Jumat (22/1/2021).

Hari ini, Rabu (27/7/2022) pukul 17.19 WIB, Gunung Raung kembali meletus. Peristiwa itu dibenarkan oleh Kepala PPGA Raung, Mukijo

"Benar. Gunung Raung meletus. Tinggi kolom 1.500 meter," ujarnya kepada detikJatim.

Namun sampai saat ini, kata Mukijo, Gunung Raung masih berstatus normal (level 1). "Sampai saat ini tidak terekam adanya erupsi susulan," pungkasnya.

Halaman 2 dari 3


Simak Video "Status Gunung Raung Masuk Waspada Level 2, Banjir Bandang Bondowoso Rusak Fasilitas Warga"
[Gambas:Video 20detik]
(sun/sun)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads