DPRD Surabaya Temukan Prostitusi Terselubung di Dolly dan Moroseneng

DPRD Surabaya Temukan Prostitusi Terselubung di Dolly dan Moroseneng

Esti Widiyana - detikJatim
Kamis, 07 Jul 2022 18:51 WIB
Temuan prostitusi terselubung di Moroseneng, Surabaya.
Temuan prostitusi terselubung di Moroseneng, Surabaya. (Foto: Istimewa Dok Imam Syafi'i)
Surabaya -

Anggota Komisi A DPRD Surabaya Imam Syafi'i menyatakan dirinya menemukan praktik prositusi di Kota Pahlawan masih ada. Terutama di kawasan Dolly dan Moroseneng.

Temuan itu merupakan hasil investigasi yang ia lakukan di sejumlah lokasi. Mulai dari Moroseneng, Benowo, dan di kawasan Dolly sejak beberapa waktu lalu. Di lokasi pertama ia temukan 10 wisma prostitusi.

"Sebelumnya saya ke Moroseneng dulu di daerah Benowo, waktu itu saya temukan ternyata ada 10 wisma yang dari luar kelihatan tutup karena digembok, ternyata di dalam ada kehidupan malam. Ada cewek-cewek yang duduk di showroom misalnya, sebanyak 5 sampai 6. Rata-rata wisma begitu," kata Imam saat dihubungi wartawan, Kamis (7/7/2022).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Imam pun membeberkan bagaimana praktik prostitusi itu dijalankan di tempat yang cukup terkamuflase itu. Ada sejumlah makelar yang menawarkan jasa esek-esek itu di luar bangunan.

"Modusnya mereka itu di luar ada makelar-makelar yang nawarkan kalau ada orang lewat di situ. baik jalan kaki atau naik motor. Dari situ kemudian saya penasaran juga, saya diantar masuk, saya lihat di situ memang ada aktivitas prostitusi," ujarnya.

ADVERTISEMENT

Ia menyebut tarif prostitusi di Moroseneng itu Rp 200 ribu. Tersedia kamar-kamar layaknya prostitusi Moroseneng dahulu. Politisi Partai Nasdem itu memfoto situasi di sana lalu dia unggah ke Facebook.

Masih hidupnya prostitusi di kawasan itu, Imam mengaku mendengar dari warga setempat ada sekitar 13 wisma yang dulu dijanjikan mau dibeli pemkot tetapi hingga kini tak juga dibeli.

"Mungkin harganya nggak cocok atau terlalu apa. Sehingga, mereka kemudian nekat buka dan saya nggak tahu itu jadi alasan atau tidak, bahwa mereka sengaja buka karena wisma itu tak juga dibeli pemkot," kata Imam.

Bagaimana modus prostitusi terselubung di Dolly berdasar temuan Imam? Baca di halaman selanjutnya

"Kami juga tidak tahu kenapa tidak beli, saya juga nggak paham. Tapi menurut saya, ya sesungguhnya niat nutup, ya, tutup saja. Nggak usah dikaitkan dengan jual beli wisma. Itu yang di Moroseneng," Imam melanjutkan.

Setelah melakukan investigasi adanya prostitusi di Moroseneng, ia juga menginvestigasi Dolly. Ia juga mendengar adanya prostitusi terselubung.

"Rata-rata mereka mulai aktivitas setelah jam 21.00 WIB. Saya juga mendengar, di kafe-kafe Dolly ada beberapa yang dijadikan bisnis prostitusi terselubung. Tapi bedanya dengan Moroseneng, ini kan ceweknya nggak ada di situ.

"Di situ cuman ada perantara-perantara. Kalau ada orang lewat dekat situ perantara ini buka handphone nunjukin stok foto cewek," sambungnya.

Kemudian, Imam menceritakan, pelanggan akan dibawa ke rumah kos. Setelah itu, transaksi itu berlanjut ke kafe.

"Kalau kita tertarik kemudian cewek itu dijemput dari kosnya. Kosnya, ya, sekitar Dolly situ. Terus kalau cocok kemudian dibawa ke salah satu kafe. Kebetulan saya cuman datang ke salah satu kafe, karena saya kan nggak perlu datangin semua. Mereka juga mainnya di kafe itu ada loteng gitu kafenya. Kalau Dolly sekitar Rp 300 ribu," imbuhnya.

Imam menyayangkan APBD yang terbuang untuk membeli bekas wisma-wisma di Dolly. Simak di halaman selanjutnya.

Menurutnya, ternyata program penutupan lokalisasi di Surabaya di Moroseneng dan Dolly belum selesai. Ia menyebut hanya ingin menunjukkan bahwa ada geliat. Kemudian ada yang merasa tersinggung, membantah, dan mengatakan bukan di gang Dolly-nya.

"Apa pun yang dekat gang Dolly itu saya sebut gang Dolly. Ini adalah warning, ada fakta bahwa dekat situ. Tidak tertutup kemungkinan di gang Dollynya juga ada. Saya nggak lihat satu-satu, saya kebetulan menemukan di situ," kata Imam

Umam menyangkan APBD yang dipakai untuk membeli bekas wisma jadi percuma. Padahal, bekas wisma itu harusnya bisa dimaksimalkan oleh Pemkot untuk membina warga sekitar eks lokalisasi.

"Saya cuma menyayangkan, dulu kan kita keluar APBD besar untuk membeli bekas wisma-wisma itu, kemudian dijadikan tempat-tempat bermanfaat. Beberapa juga ada yang masih kosong, nganggur, nggak diapa-apain sehingga rusak. Maksud saya, program ini harus dituntaskan dan dijaga,"tukasnya.

Mengenai temuan DPRD Surabaya baik tentang prostitusi yang masih aktif di Moroseneng dan di Dolly, detikJatim sudah berupaya mengonfirmasi hal itu melalui panggilan telepon kepada Kepala Satpol PP Eddy Christijanto. Sayangnya yang bersangkutan belum merespons.

Sementara, Camat Sawahan M Yunus ketika dikonfirmasi mengenai temuan prostitusi yang masih hidup di kawasan Dolly tidak membantah tentang praktik yang ditemukan oleh Imam Syafi'i.

"Saya pastikan bahwa dolly dibuka kembali tidak ada. Kalau pun ada saran, ternyata di lapangan ada yang mau mencoba-coba dengan praktik-praktik terselubung, artinya orang lewat diawe-awe, kemudian ditunjukan gambar. Itu saja," ujarnya.

Halaman 2 dari 3


Simak Video "2025 Wajib Melek Financial, Belajar di Sini! Gratis"
[Gambas:Video 20detik]
(dpe/dte)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads