Kasus dugaan pencabulan oleh anak kiai di Jombang, Moch Subchi Azal Tsani (MSAT) alias Mas Bechi masih jalan di tempat. Usaha terbaru polisi menjemput Bechi juga menemui jalan buntu.
Wakil Ketua Komisi E DPRD Jatim Hikmah Bafaqih menyebut, Bechi harus berani menjalani proses hukum. Terkait salah atau tidak, hal itu bisa dibuktikan di persidangan.
"Menurut saya, hukum harus tegak untuk semua, harus berdiri memastikan perlindungan bagi semua. Yang bersangkutan, Gus Bechi, proses hukum nanti yang akan memutuskan dia salah atau tidak. Saya sepakat dengan Gus Fahrur PBNU, di forum pengadilan lah seharusnya dibuktikan apakah Gus Bechi bersalah atau tidak atas dugaan yang disangkakan ke dia," tegas Hikmah kepada detikJatim, Selasa (5/7/2022).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Hikmah juga meminta keluarga Pondok Pesantren Shiddiqiyyah Jombang untuk legawa dan menghormati proses hukum.
"Kami juga memohon ke pihak pengasuh pesantren legowo dan menghormati proses hukum ini. Agar keadilan bisa ditegakkan untuk semua, baik untuk terduga pelaku, dan terutama untuk korban," jelasnya.
Politikus PKB ini menyebut, jangan sampai ada kasus di suatu pesantren, akan membuat citra pesantren lainnya menjadi buruk di mata masyarakat.
"Kami yakin NU dari semua level dari PCNU, PWNU, sampai PBNU sudah berkali-kali memberi pendapat bahwa persoalan ini sebaiknya diselesaikan lewat ranah hukum. Ini menyiratkan NU sebagai lembaga ingin menjaga maruah pesantren," terangnya.
"Kami tidak ingin kasus yang menimpa satu, dua, tiga pesantren itu mencederai keseluruhan pesantren yang sudah luar biasa melakukan proses pembinaan keumatan selama ini. Persoalan yang sesungguhnya secara faktual hanya terkait satu, dua orang pelaku karena tidak ditangani dengan benar bisa menjadi pemicu untuk digeneralisasi bahwa pesantren lembaga yang seperti apa (buruk). Kami tidak inginkan itu," sambung mantan Ketua Fatayat Jatim tersebut.
Hikmah bilang jangan sampai orang tua takut menitipkan anaknya ke pesantren gegara kasus Jombang. Baca di halaman selanjutnya
"Saya bersaksi sebagai penyedia jasa layanan, kasus di luar pesantren jauh lebih banyak untuk kekerasan seksual. Hanya karena pesantren ini lembaga suci ya, ada proses anak-anak dititipkan orang tuanya untuk dididik, maka ekspetasi di pesantren sangat tinggi. Sehingga, kasus ini bisa memicu keprihatinan yang lebih dari masyarakat," bebernya.
Hikmah menyarankan, pondok pesantren harus memitigasi potensi-potensi kekerasan yang terjadi. Baik itu kekerasan seksual maupun tindak perundungan.
"Karenanya kami berharap pesantren menjaga dan memitigasi agar problem kekerasan seksual yang melibatkan di pesantren, entah antarsantri, antarpengurus ke santri, antarkeluarga pengasuh ke santri atau bagaimana itu bisa dimitigasi. Bisa dicegah dengan salah satunya mengembangkan program pesantren ramah anak," jelasnya.
"Ada variabel untuk dikembangkan hingga kemudian pesantren memiliki kesiapan untuk melalukan tindakan, pencegahan, agar problem kekerasan, tidak hanya kekerasan seksual, bisa bullying, bisa penganiayaan fisik dan psikis bisa diminimalisir kejadiannya," tukas Hikmah.
Simak Video "Video: Helikopter Mendarat Darurat di Jombang Bikin Heboh Warga"
[Gambas:Video 20detik]
(dte/dte)