DPO kasus pencabulan santriwati asal Jombang, Moch Subchi Azal Tsani (MSAT) alias Mas Bechi lagi-lagi gagal ditangkap. Padahal, dia sudah 6 bulan menyandang status DPO. Sejak 2020, Polda Jatim telah mengambil alih kasus ini. Namun sang tersangka masih bisa menghirup udara bebas.
Komnas Perempuan pun angkat bicara. Pihaknya menuntut polisi untuk bertindak tegas atas kasus yang tak kunjung menemui titik terang ini.
"Polisi harus bertindak tegas. Ini kan sudah jelas kasusnya kekerasan seksual. Jangan sampai kasus ini di-restorative justice (diselesaikan damai) dengan alasan kekhawatiran massa atau kepentingan tertentu," kata komisioner Komnas Perempuan Theresia Sri Endras Iswarini saat dihubungi detikJatim, Selasa (5/7/2022).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut dia, Komnas Perempuan juga sudah mengawal kasus ini sejak 2020. Serta sudah membantu korban.
"(Kami ikut) berbagai rakor dengan penyidik, Amicus Curiae (kelompok independen yang memberikan pendapat untuk perkara hukum) untuk praperadilan di Surabaya dan Jombang," ujar perempuan yang akrab disapa Rini itu.
Sebelumnya, aksi kejar-kejaran bak koboi terjadi dalam penangkapan Bechi. Tim gabungan dari Polda Jatim dan Polres Jombang mengejar 13 mobil yang diduga dinaiki Bechi. Polisi berhasil menghentikan 11 mobil, namun ternyata, Bechi diduga menaiki satu diantara 2 mobil yang berhasil kabur.
Dari aksi pengejaran yang gagal ini, Ditreskrimum Polda Jatim kemudian melacak posisi Bechi. Ternyata, ia berada di Ponpes Majma'al Bachroin Hubbul Wathon Minal Iman Shiddiqiyyah, Desa Losari, Ploso, Jombang.
Polisi pun mencoba mendatangi ponpes ini. 200-an personel dikerahkan dari Polres Jombang dan Polda Jatim. Bahkan, polisi mendapat bantuan personel dari TNI. Penangkapan dipimpin langsung oleh Dirreskrimum Polda Jatim.
Sesampainya di sana, proses penangkapan Bechi tak semudah membalikkan telapak tangan. Akhirnya, Kapolres Jombang AKBP Moh Nurhidayat harus turun seorang diri. Tanpa pengawalan anak buahnya, Nurhidayat pergi menghadap sang kiai untuk melakukan negosiasi. Dia mengira negosiasi akan dilakukan di dalam ruangan. Namun ternyata, dia dihadapkan oleh ratusan jemaah.
"Saya pikir negosiasi di ruangan khusus, ternyata saya dihadapkan ke jemaah yang mudah diprovokasi. Sangat rawan sekali, makanya saya tidak berdebat lama," kata Nurhidayat kepada detikJatim, Senin (4/7/2022).
(hse/dte)