Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi terus berupaya dengan berbagai ide untuk menghilangkan Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR), pengangguran, hingga kemiskinan di Kota Pahlawan. Tentunya tidak bisa langsung dihilangkan tahun ini. Tetapi ia memiliki target menurunkan angka pengangguran untuk tahun ini dan tahun 2023.
Eri mengatakan, untuk menekan pengangguran di Surabaya, tak hanya dilakukan oleh pemkot saja. Akan tetapi perlu kerja sama dengan warga juga. Jika ada warga yang nganggur, warga lainnya melaporkan kepada kelurahan atau kecamatan setempat.
"Pengangguran di Surabaya turun sudah, saya ingin pengangguran di Surabaya hanya 1 persen saja. MBR dari berapa, turun jadi berapa. Percuma ada pemerintah kalau kita tidak bisa menurunkan target ini. Nah, ini yang menjadi kontrak kinerja OPD di Surabaya," kata Eri kepada wartawan, Kamis (30/6/2022).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pada saat pandemi, sempat terjadi kenaikan pada pengangguran di Surabaya. Pada tahun 2019 sebanyak 9,7 persen, bertambah saat pandemi tahun 2020 sebanyak 9,73 persen.
"Tahun 2021 9,6 persen. Di 2021 saja, waktu pandemi kita bisa menekan angka pengangguran, kalau gak pandemi ngene kan kita akan semakin bisa menurunkan pengangguran. Dengan apa? Aset pemerintah kota kan bisa dimanfaatkan, wong seng nganggur dicatet dilebokno nang kene (orang yang nganggur dicatat, dimasukkan ke sini). Hasilnya untuk mereka, kan sangat bisa," jelasnya.
Tahun ini, ia mentargetkan pengangguran turun 2 persen. Begitu pula dengan tahun 2023, diharapkan bisa menekan pengangguran, angkanya di bawah 5 persen.
"Saya ingin turunya ingin tahun ini 7 (persen) lah, tapi lek tahun depan saya inginnya 3 (persen). Karena saya harus tahu yang kerja berapa. Bayangkan kalau sekarang angaran pemerintah Rp 3T saya gunakan untuk kepentingan warga, ada warga pengangguran, ada anak SMK yang nganggur dikumpulkan dikei (dikasih) pabrik paving, kita butuh komputer, mereka yang buat, kita yang beli," jelasnya.
Kemudian, untuk usia pengangguran di Surabaya bukan diduduki usia matang, melainkan usia produktif. Agar tidak ada pengangguran pada usia produktif, Eri memberikan solusi dengan memberikan pelatihan sebagai modal usaha.
"Penganguran kita rata-rata usia produktif, demografi kita banyak usia produktif. Lah usia produktif kok nganggur iku loh, seharusnya kita hadir disana dan saya bisa kalau punya data, yang nganggur berapa, yang MBR berapa, aset pemerintah kota berapa, kan mudah," ujarnya.
Eri menyebut, aset pemkot sangat banyak. Oleh karena itu ia ingin memanfaatkannya untuk membuat lapangan pekerjaan. Ia juga ingin mengubah mindset warga, jika bekerja tidak selalu ikut perusahaan atau pemerintah, melainkan bisa menjadi entrepreneur.
"Pemerintah hadir di sana memberikan lapangan bekerjaan, memberikan tempat untuk dikelola, hasilnya biar mereka yang mendapatkan. Smpai mereka mampu, akhirnya bisa buka sendiri," pungkasnya.
(dte/dte)