Satpol PP menggerebek warung kopi pangku di Dusun Samaleak, Desa Banyuurip, Kedamean, Gresik. Usai digerebek, sebanyak lima pramusaji diamankan dan dimintai keterangan. Para pramusaji ini blak-blakan jika mereka juga membuka layanan plus-plus.
Kepala Satpol PP Kabupaten Gresik Suprapto menyebut, empat dari lima wanita mengaku memberi layanan plus-plus. Untuk sekali berhubungan badan, para pramusaji mematok tarif sebesar Rp 250 ribu.
Selain itu, para pramusaji ini juga bisa menemani pengunjung saat berkaraoke di warung kopi pangku. Namun, mereka hanya menerapkan tarif Rp 150 ribu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Mereka mengaku kepada penyidik sekali melayani plus-plus tarifnya Rp 250 ribu. Kalau hanya menemani menyanyi tarifnya Rp 150 ribu. Ada yang sudah lama, ada juga yang baru sampai ke warung tapi terjaring razia," ungkap Suprapto.
Usai dimintai keterangan, mereka juga menjalani pemeriksaan kesehatan untuk mendeteksi ada atau tidaknya penyakit menular seksual. Suprapto mengatakan pemeriksaan itu dilakukan agar pihaknya bisa memastikan para pekerja yang ada di lokalisasi berkedok warung kopi pangku di Samaleak itu tidak terinfeksi penyakit kelamin menular.
Kelima pramusaji yang diperiksa yakni AY (29) warga Kuningan, Jabar, TR (24) warga Brebes, PA (38) warga Sulawesi Tenggara, SA (19) dan TI (19) warga Cirebon.
"Kami bawa ke Puskesmas Alun-alun untuk dilakukan pemeriksaan, terkena penyakit kelamin atau tidak," kata Suprapto.
Selain itu, kata Suprapto, pemeriksaan ini untuk mengetahui apakah memang benar-benar memberikan pelayanan plus-plus atau tidak. Jika terkena terkena penyakit, pihak Puskesmas yang akan memberi arahan dan pengobatan sementara.
"Ini juga untuk mengetahui apakah memang benar-benar melayani hidung belang apa tidak," kata Suprapto.
![]() |
Sementara itu, ada 1 wanita mengaku terjerumus karena ditipu temannya. Wanita itu AY (29) warga Kuningan, Jawa Barat. Dia terus menangis karena merasa trauma usai digerebek dan diamankan.
"Yang satu ini nangis dari semalam. Ia (mengaku) baru sampai 20 menit di sana sebelum kami datang merazia," kata Suprapto.
Suprapto menjelaskan saat melakukan penyidikan AY mengaku diajak oleh TR untuk bekerja sebagai penyanyi di sebuah kafe di Gresik. Dalam benaknya, ia membayangkan bekerja di sebuah kafe sebagai penyanyi dengan memakai seragam.
"Temannya menawarkan pekerjaan sebagai penyanyi di kafe. Bayangannya itu menyanyi di kafe dengan memakai seragam. AY ini nggak tau kalau kerjaannya itu di warung pangku. Apalagi tak lama setelah tiba di warung itu, ada razia. Dia merasa bingung," kata Suprapto.
Ketika penyidikan berlangsung, AY hanya bisa menangisi perbuatan temannya yang tega menipunya untuk menjadi pemuas birahi pria hidung belang. Ia pun meminta pulang ke kampung halaman untuk mencari pekerjaan lainnya.
"Tadi pas tanya-tanya, dia trauma dan hanya nangis minta pulang. Setelah kami tanyakan ke empat wanita lainnya, memang AY itu baru sampai ketika ada razia petugas. Kami memutuskan untuk mengantar dia ke Terminal Purabaya Bungurasih agar pulang ke kampung halaman," kata Suprapto.
Dari pantauan detikJatim, kelima wanita itu dipanggil secara bergantian. Usai diperiksa, salah satu petugas Puskesmas mengambil sampel darah untuk dilakukan uji laboratorium.
Dari kelima wanita, salah satu wanita yang memakai kaos kuning SA (19) warga Jawa Barat tampak menggigil ketakutan ketika jarum suntik hendak menembus kulit tangannya. Bahkan perawat lain harus memeluk wanita itu agar bisa dilakukan pengambilan darah.
"Saya takut jarum suntik bu," kata SA sembari memeluk perawat wanita.
(hil/fat)