Efek Jangka Panjang Kesehatan Balita Sampang Kecanduan Aroma Bensin

Efek Jangka Panjang Kesehatan Balita Sampang Kecanduan Aroma Bensin

Tim detikJatim - detikJatim
Rabu, 15 Jun 2022 07:30 WIB
Balita di Sampang kecanduan bau bensin
Balita di Sampang kecanduan bau bensin (Foto: Kamaludin/detikJatim)
Sampang -

Seorang balita di Sampang memiliki kebiasaan menghirup bau bensin. Kecanduan nyeleneh itu tentu punya dampak buruk bagi kesehatannya.

Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Sampang mengimbau agar orang tua balita segera menghentikan dan memeriksakan si balita ke rumah sakit. Kepala Dinkes Pemkab Sampang dr Abdulloh Najich mengatakan, kebiasaan balita tersebut sangat berbahaya, terutama untuk efek jangka panjangnya.

"Untuk keluarga harus dihentikan kecanduan tersebut dengan cara lebih mengawasi dan menghilangkan bensin dekat dengannya (balita). Kalau kesulitan, bisa kontrol ke bagian psikiater di rumah sakit Sampang," kata Najich, Selasa (14/6).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Menurut Najich, menghirup bau bensin secara rutin jelas akan berpengaruh pada organ-organ tubuh dalam dalam jangka panjang. Sebab bensin mempunyai senyawa kimia yang membahayakan jika dihirup terus menerus.

"Kebiasaan tersebut tentu akan ada pengaruhnya. Karena bensin mengandung bahan senyawa kimia yang berbahaya bila terhirup dan waktu lama," papar Najich.

ADVERTISEMENT

Najich menyebut, bau bensin dalam jangka waktu lama punya pengaruh pada organ tubuh. Najich menjelaskan dampak jangka panjang itu antara lain pada kerusakan saraf yang akan menyebabkan kejang, gelisah tidak sadar, kurang fokus. Sedangkan jika menyerang organ paru, maka orang tersebut akan mengalami radang, asma.

Tak hanya itu, bahan kimia dalam bensin juga bisa menyebabkan gangguan jantung. Adapun akibatnya yakni akan menyebabkan gangguan pada irama jantung.

"Kalau pada paru ada kemungkinan terjadi radang paru, mengi (asma) dan lainya. Bisa juga berpengaruh pada Jantung, seperti gangguan irama jantung yang bisa berdampak pada organ lainnya juga bisa terkena," papar Najich.

Untuk itu, Najich mengimbau kepada orang tua balita agar segera menghentikan kebiasaan berbahaya tersebut. Najich juga mengimbau agar segera memeriksakan balita tersebut ke psikiater di rumah sakit setempat.

Sementara itu, Petugas Puskesmas Tanjung, Sampang melakukan observasi terhadap balita yang kecanduan menghirup bau bensin. Dari observasi itu, petugas mengimbau agar orang tua balita bisa menghindarkan botol-botol bensin.

"Orang tuanya saya sarankan untuk tega sementara waktu. Atau mengalihkan ke mainan lain. Saya lihat dia masih bisa lupa jika ada kesibukan lain," tutur Koordinator tim Promosi Kesehatan Puskesmas Tanjung, Tisnowati, Selasa (14/6/2022).

Menanggapi hal itu, Sahiyatul Jannah mengaku selama ini telah berupaya untuk menyembunyikan sisa botol bensin dari anaknya. Namun upaya itu selalu gagal.

"Beberapa kali kita sembunyikan di tempat yang tidak diketahuinya tapi tetap dia cari. Kalau sudah gak ketemu nangis tidak berhenti," kata Jannah.

Jannah menyebut kebiasaan anaknya itu diketahui sejak usia 3 tahun atau saat ia dan suaminya membuka kios bensin eceran. Ia mengaku dilema dengan kebiasaan anaknya tersebut.

Sebab jika masih masih membuka kios bensin eceran, kebiasaan anaknya tetap akan berlanjut. Tapi jika ditutup maka akan berpengaruh pada ekonomi keluarga.

"Ya, terus mau gimana lagi kalau gak jualan bensin, ya dapur gak ngebul. Soalnya penghasilan terbanyak dari bensin ini," kata Jannah.

Menurut Jannah, selama ini anaknya tidak pernah menghirup botol yang berisi bensin penuh. Tapi biasanya dia akan datang saat ada pembeli bensin dan langsung meminta sisa botol bensin untuk dihirup.

"Yang diminta botol kosong, atau jeriken kosong yang masih ada sedikit sisa bensinnya. Kalau ndak dikasih pasti ngamuk dan nangis," tandas Jannah

Sebelumnya, seorang balita di Sampang punya kebiasaan tak biasa yakni menghirup aroma bensin di dalam botol. Jika tak dituruti, si balita akan menangis tak henti-henti.

Balita itu berinisial A (4). Ia merupakan anak dari pasangan M Hamid dan Sahiyatul Jannah warga Dusun Gendis, Desa Rabasan, Camplong, Sampang. Kebiasaan balita tersebut diketahui sejak berusia 3 tahun atau saat orang tuanya mulai merintis usaha kios bensin eceran di rumahnya.




(hil/dte)


Hide Ads