Wakil Presiden (Wapres) KH Ma'ruf Amin menjabarkan militansi Hadratussyaikh KH Hasyim Asy'ari atau Mbah Hasyim dalam mewujudkan keutuhan bangsa melalui paham ahlus sunnah wal jama'ah (Aswaja). Ajaran ini membuahkan toleransi di Indonesia yang dikagumi dan dipuji para cendekiawan muslim seluruh dunia.
Dalam kunjungannya kali ini, wapres juga menghadiri halalbihalal dan temu alumni nasional Ikatan Keluarga Alumni Pesantren Tebuireng (IKAPETE) di lantai 3 gedung KH Yusuf Hasyim, Ponpes Tebuireng, Desa Cukir, Diwek, Jombang.
Acara diawali dengan pengukuhan Presidium Nasional IKAPETE masa bakti 2022-2026 oleh Pengasuh Ponpes Tebuireng KH Abdul Hakim Mahfudz atau Gus Kikin. Halal bihalal dilanjut dengan seminar nasional bertema 'Aktualisasi Pemikiran Aswaja Hadratussyaikh KH Hasyim Asy'ari di Era Disrupsi'.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Terdapat tiga pemateri dalam seminar ini. Yaitu perspektif sosial politik oleh Prof Dr Masykuri Abdillah dari UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, perspektif pendidikan Islam oleh Ketua Presidium IKAPETE Prof Dr Masykuri Bakri, serta perspektif kajian Islam oleh Prof Dr Phil M Nurkholis Setiawan.
Sedangkan Kiai Ma'ruf didapuk menjadi keynote speaker untuk membawakan materi Militansi Hadratussyaikh KH Hasyim Asy'ari dalam Mewujudkan Keutuhan Bangsa.
"Hadratussyaikh KH Hasyim Asy'ari memperjuangkan Aswaja sejak dari pesantren, mendidik. Beliau juga membangun organisasi yang didasarkan pada Aswaja. Saya pikir ini upaya untuk menjaga umat dari cara berpikir yang menyimpang. Karena Aswaja itu akidah, amaliyah dan juga cara berpikir," kata Kiai Ma'ruf dalam ceramahnya, Sabtu (4/6/2022).
Kiai Ma'ruf menjelaskan, paham Aswaja dari KH Hasyim Asy'ari mengajarkan cara berpikir yang moderat, dinamis dan berpegang pada ajaran para ulama. Kakek kandung Presiden RI Keempat KH Abdurrahman Wahid atau Gus Dur itu lantas mengajak teman-temannya sesama ulama membangun NU sebagai organisasi yang memperjuangkan dan menjaga Aswaja.
"Hingga (NU) menjadi organisasi terbesar bukan saja di Indonesia, tapi juga terbesar di seluruh dunia saya kira. Oleh karena itu kita harus menjaga warisan Hadratussyaikh ini benar-benar terus menjaga akidah umat, menebarkan toleransi dan keutuhan bangsa," jelasnya.
Wapres menuturkan, paham Aswaja yang mengilhami konsep NKRI hingga membuahkan kehidupan yang sarat akan toleransi di Indonesia, sudah diakui dunia.
Belum lama ini, ia didatangi utusan Majelis Hukama Al Muslimin, forum cendekiawan muslim seluruh dunia yang berpusat di Abu Dhabi, Uni Emirat Arab. Menurutnya, forum tersebut menyampaikan ingin belajar toleransi dari Indonesia.
"Mereka ingin menyebarkan cara berpikir yang diterapkan di Indonesia menjadi bagian gerakan Islam global. Oleh karena itu menurut mereka, bukan lagi Bahasa Arab diterjemahkan ke Bahasa Indonesia, tapi Bahasa Indonesia yang diterjemahkan ke dalam Bahasa Arab. Pengakuan ini bukan sekadar lips service, mereka melihat bagaimana toleransi dibangun di Indonesia. Jelas tidak lepas dari peran NU dan Hadratussyaikh KH Hasyim Asy'ari," ungkapnya.
Pada kesempatan ini, Kiai Ma'ruf mengajak para alumni Ponpes Tebuireng terus mengembangkan pemikiran berdasarkan paham Aswaja. Ini untuk menghadapi berbagai tantangan yang lebih besar.
Menurutnya, kemajuan teknologi informasi mengakibatkan disrupsi-disrupsi sosial keagamaan. Selain itu, teknologi informasi juga memunculkan banyak disinformasi yang dijadikan alat untuk memecah belah bangsa.
"Kita harus mengantisipasi. Sekarang bahaya sudah di depan mata. Bahkan, sudah masuk ke rumah-rumah kita untuk mendisrupsi tatanan kehidupan kita termasuk tekanan terhadap akidah Aswaja, gerakan-gerakan radikalisme dan sekularisme," papar Kiai Ma'ruf.
"Apalagi sekarang menjelang Pilpres, mulai tafsir-tafsir muncul. Mudah-mudahan kita bisa menjaga ini. Santri Tebuireng jangan nanti berantem sendiri walaupun berbeda pilihan," tegasnya.
Alumni Tebuireng Diajak Menggali Sejarah Perjalanan Islam di Indonesia
Pada kesempatan ini, Pengasuh Ponpes Tebuireng KH Abdul Hakim Mahfudz atau Gus Kikin menjelaskan, umat Islam di Indonesia awalnya menganut paham Aswaja dengan mazhab Imam Syafii. Lalu, aliran-aliran baru banyak masuk ke tanah air sejak tahun 1330 Hijriah atau 1912 Masehi. Pada masa itu, KH Hasyim Asy'ari mengendusnya sebagai ancaman perpecahan umat muslim.
"Menurut Hadratussyaikh, umat Islam berpotensi terpecah belah. Beliau menulis manuskrip yang dikirim kepada Syaikh Ahmad Khatib Al Minangkabawi di Arab Saudi menggambarkan situasi. Beliau berusaha maksimal menjaga keutuhan Islam di Indonesia," cetusnya.
Gus Kikin mengajak para alumni Ponpes Tebuireng untuk menggali sejarah perjalanan Islam dari masa 1330 Hijriah sampai lahirnya NU dan Majelis Islam A'la Indonesia yang menaungi 13 organisasi Islam di Indonesia.
"Itu yang saya sampaikan kepada para alumni, Presidium IKAPETE sama-sama menggali apa yang harus kita lakukan di masa mendatang untuk melanjutkan yang sudah dilakukan Hadratussyaikh KH Hasyim Asy'ari," tandasnya
(hil/dte)