Sebanyak 170 pemuda dari 34 provinsi menjelajah jalur perdagangan rempah nusantara menggunakan KRI Dewaruci. Penjelajahan ini untuk menghidupkan kembali kejayaan rempah di Indonesia melalui teknologi pengolahan menjadi produk bernilai tinggi.
Direktur Pengembangan dan Pemanfaatan Kebudayaan Kemendikbud Ristek, Restu Gunawan mengatakan muhibah jalur rempah ini diikuti perwakilan pemuda dari 34 provinsi di Indonesia. Masing-masing provinsi mengirimkan 5 pemuda terbaiknya untuk mengikuti penjelajahan jalur perdagangan rempah nusantara menggunakan KRI Dewaruci.
"Mubibah jalur rempah mulai 1 Juni sampai 2 Juli 2022. Rutenya dari Surabaya, Makasar, Bau-Bau, Ternate, Banda, Kupang, kembali ke Surabaya. Di setiap titik diadakan festival, kunjungan situs cagar budaya, penanaman tanaman rempah, seminar dan lain-lain," kata Restu kepada detikJatim, Selasa (31/5/2022).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Hari ini, para peserta muhibah jalur rempah nusantara atau Laskar Rempah mengikuti tahap persiapan sebelum berlayar dengan KRI Dewaruci dari pangkalan TNI AL di Surabaya. Mereka mendapatkan materi tentang sejarah jalur rempah dan menanam cengkeh di pusat informasi Majapahit (PIM), serta mengunjungi beberapa situs peninggalan Majapahit di Trowulan, Mojokerto.
"Agar mereka memahami sejarah Majapahit dan keterkaitannya dengan pelabuhan-pelabuhan yang lain di titik jalur rempah. Sehingga ketika berlayar, mereka sudah punya bekal kesejarahan yang bagus," terang Restu.
Kurator Laskar Rempah Rama Soeprapto menjelaskan rute pelayaran yang akan dilalui 170 laskar rempah merupakan jalur perdagangan rempah pada zaman kerajaan, atau masa sebelum kolonialisme. Muhibah jalur rempah berangkat dari Surabaya yang mewakili pelabuhan perdagangan Kerajaan Majapahit.
Selanjutnya menuju ke Makasar, Bau-Bau di Pulau Buton, Sulawesi Tenggara, Ternate dan Tidore di Maluku, Banda Naira di Kepulauan Banda, Kupang di Nusa Tenggara Timur, lalu kembali ke Surabaya. Pelayaran jalur rempah nusantara bakal berlangsung satu bulan.
"Pulang ke Surabaya, kami baik bus ke Trowulan. Majapahit sendiri sejak dulu sudah memakai rempah, lulur para ratu yang wangi, tamu raja wajib pakai sirih agar tak bau mulut. Majapahit punya kekuatan sampai ke Campa, besar sekali pengaruhnya dalam perdagangan rempah," jelasnya.
Penjelajahan jalur rempah ini, lanjut Rama, untuk mengangkat kembali kejayaan rempah nusantara sebelum kolonialisme. Menurutnya, jauh sebelum kongsi dagang Hindia-Belanda atau VOC datang, kerajaan-kerjaaan di nusantara sudah mengelola perdagangan rempah dengan baik. Cengkeh dan pala menjadi komoditas utama pada masa itu.
Untuk itu, pihaknya memilih kaum milenial menjadi laskar rempah agar mereka menjadi agen perubahan bagi daerahnya masing-masing. 170 laskar rempah diharapkan mempunyai motivasi yang tinggi untuk membangun industri rempah sesuai potensi daerah masing-masing. Sehingga Indonesia bisa kembali berjaya menggunakan rempah.
"Laskar rempah kami harapkan ke depan menimba ilmu untuk membangun teknologi pengolahan hasil panen rempah, misalnya menjadi minyak cengkeh, parfum dan lainnya. Sehingga mereka bisa membangun Indonesia lewat rempah," tandasnya.
(iwd/iwd)