Toto Asmuni yang akrab dikenal Asmuni adalah sosok penting Aneka Ria Srimulat yang mentas di Gedung Taman Hiburan Rakyat (THR) Surabaya pada era 70-an silam. Saat itu Asmuni menjadi salah satu dewa penyelamat Srimulat yang sedang 'sakit keras'.
Mulanya, Toto Asmuni adalah penyanyi. Sebelum menjadi pelawak ia mengawali kariernya sebagai anggota TNI di bidang seni dan budaya. Asmuni sempat menyanyi bersama orkes Angkatan Darat pada 50-an dan sempat membina orkes Angkatan Laut.
Tak hanya itu, Asmuni bersama dua adiknya, Asrofah dan Asmawati, sempat aktif membesarkan grup orkes Mawar Bersemi yang dibentuk ayahnya. Hingga akhirnya ia bertemu pelawak Bing Slamet yang membuatnya tertarik dan mulai melirik panggung lawak.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Karier lawak pertama Asmuni adalah ketika ia bergabung dengan grup Sandiwara Lokaria yang didirikan Amang Gunawan dan Maleha di Tegal pada 1967 silam. Asmuni yang akrab dengan blangkon dan kumis kecilnya sempat menjadi bintang di grup itu.
Namun, grup sandiwara yang sempat bersaing ketat dengan Aneka Ria Srimulat itu mencapai titik senjakala. Jatuhnya Lokaria dan pindahnya Asmuni ke Srimulat dicatat oleh Penulis Herry Gendut Janarto di buku Teguh Srimulat-Berpacu dalam Komedi dan Melodi, terbitan 1990 silam.
![]() |
"Awal Agustus 1970, Amang Gunawan membawa Lokaria masuk ke THR Surabaya dan sempat bersaing seru dengan Aneka Ria Srimulat. Jarak antara kedua gedung yang dipakai sekitar 50 meter. Tak terelakkan, antara Lokaria dan Srimulat terjadi baku 'tarik tambang'," kata Herry di bukunya.
Lokaria sempat bersinar karena memiliki pelawak berkualitas seperti Asmuni, Rudy Hartamin, Abimanyu, dan Ismiyati yang menjadi tulang punggung grup itu. Lokaria bahkan berhasil memaksa Srimulat berbagi penonton dalam persaingan secara sehat.
Hingga pada 1971 Lokaria terpaksa hengkang dari THR karena ketidakcocokan pimpinannya dengan pengurus THR. Rombongan penghibur itu pindah ke Taman Remaja Surabaya (TRS) selama 2 bulan, kemudian memutuskan pentas keliling Jawa Timur.
Ketenaran Lokaria di Jatim mencapai puncaknya, hampir menyamai Srimulat, antara 1972-1976. Grup lawak yang sudah penuh menggunakan Bahasa Indonesia itu pelan-pelan limbung karena belum punya gedung sendiri.
Celakanya, Lokaria terus menepi sampai ke desa-desa. Sedangkan orang-orang desa tidak menyukai musik dan lawak berbahasa Indonesia. Pada masa-masa sulit itulah para pelawak Lokaria eksodus ke Srimulat. Termasuk Asmuni.
Pada 1976 itu Aneka Ria Srimulat yang dipimpin Teguh Slamet Rahardjo baru saja bangkit dari keterpurukan setelah ditinggal pelawak andalannya Johny Gudel. Teguh pun menerima para eks Lokaria itu dengan tangan terbuka.
![]() |
Teguh yang ketiban rezeki nomplok itu mengakui kepiawaian Asmuni di Lokaria, meski tak ingin mengistimewakannya demi menjaga perasaan para pelawak lain yang ada di Srimulat.
Seperti dikutip Herry Gendut Janarto di bukunya, saat Asmuni bergabung ke Srimulat, Teguh lebih dulu memberi peringatan. "As, meskipun kamu orang penting di Lokaria, kamu belum tentu menjadi penting di sini."
Asmuni justru menaruh hormat atas sikap Teguh itu. Toto Asmuni pun memulai lagi kariernya di panggung Srimulat bersama Bandempo, Edi Geyol, Totok Hidayat, Paimo, Bambang Gentolet, Blontang, juga Bendot.
Seiring bergabungnya Asmuni dan kawan-kawannya dari Lokaria ke Srimulat, setahun kemudian pada 1977 rombongan Aneka Ria Srimulat benar-benar berada dalam kondisi puncak melebihi zaman keemasan Johny Gudel.
Ibarat obat, kata Herry Gendut dalam bukunya, masuknya Asmuni dan rekan-rekannya di Lokaria memberi kekuatan dan kesegaran baru bagi Srimulat.
"Tercipta formula unik yang lebih mustajab hasil racikan unsur Dagelan Mataram, ludruk, ketoprak, dan sandiwara. Bahasa yang digunakan di panggung pun gado-gado. Ada bahasa Jawa Yogya, ada bahasa Jawa Surabayan, dan ada Bahasa Nasional Indonesia. Karenanya, banyolan yang terhidang jadi pusparagam nan kaya nuansa. Ada kebhinekaan dalam berjenaka ria sehingga tidak lagi terasa datar dan kering. Sungguh, dagelan Srimulat telah memasuki perkembangan baru," ujar Herry.
Pada 1977 itulah, di salah satu Gedung di THR Surabaya, Srimulat kembali menjadi barometer panggung lawak di Jatim. Kesuksesan Asmuni membuat sisa-sisa laskar grup Lokaria pun "menyerahkan diri" ke Srimulat. Ada Verawaty, Tessy, Sri Handayani, Nenny Ribut Rawit, Paul, Ani Asmara, Tarzan, dan Rudy Hartamin.
Pada masa itu, seperti dikutip dari buku yang ditulis Herry Gendut Janarto, sedikitnya ada 8 pelawak yang dianggap kuat oleh Teguh dalam Srimulat. Mereka bahkan mendapat sebutan "delapan besar".
"Terdiri dari Bandempo, Edi Geyol, Totok Hidayat, Brontoyudo, Bambang Gentolet, Asmuni, Abimanyu, dan Paimo. Teguh tak hendak menganakemaskan mereka. Ia hanya mencatat bahwa kedelapan pelawak itu paling laris menerima job di luar," ujar Herry.
Toto Asmuni lahir di Diwek, Jombang pada 17 Juni 1932 silam. Pelawak legendaris itu telah meninggal pada 21 Juli 2007 silam. Namun, bagi masyarakat Indonesia secara luas, namanya terus dikenang dengan salah satu celetukannya "hil yang mustahal".
(dpe/dte)