Millenial yang besar di era 90-an pasti tak asing dengan sosok Asmuni. Toto Asmuni yang kemudian akrab dikenal Asmuni adalah salah satu anggota grup lawak legendaris Aneka Ria Srimulat. Di era 90-an, Aneka Ria Srimulat yang besar di Taman Hiburan Rakyat (THR) Surabaya sempat menjadi program tayangan salah satu televisi swasta nasional yang cukup fenomenal.
Saking tingginya rating program itu, Asmuni dan kawan-kawan sempat tampil 24 jam nonstop di Hari Raya Idul Fitri pada 1996 silam. Hingga akhirnya pamornya redup dan kini tinggal kenangan. Sejumlah seniman Srimulat, setelah eksistensi grup itu pelan-pelan memudar hingga akhirnya benar-benar mati, sempat meraih kesuksesan sebagai selebritas. Termasuk Almarhum Asmuni.
Beberapa di antara anggota Srimulat yang sampai sekarang masih ada ialah Toto Muryadi alias Tarzan, Kabul Basuki alias Tessy, Mubarak alias Kadir, juga Tri Retno Prayudati alias Nunung. Jauh sebelum itu, Aneka Ria Srimulat yang didirikan dan dibesarkan pasangan Raden Ayu Srimulat dan Teguh Slamet Rahardjo itu beberapa kali mengalami jatuh bangun dalam upaya 'memancing tawa.'
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sebelum menjadi program fenomenal di televisi pada era 90-an lalu, panggung Aneka Ria Srimulat telah menghiasi dunia hiburan dan mengalami kembang kempis di markasnya di THR Surabaya. Dalam salah satu episode kembang kempis Aneka Ria Srimulat pada 1970-an silam itulah Asmuni hadir menjadi satu di antara 'Dewa Penyelamat' dan menjadi sosok penting di grup tersebut.
Mulanya, Toto Asmuni adalah penyanyi. Sebelum menjadi pelawak dan bergabung dengan Srimulat, ia mengawali kariernya sebagai anggota TNI di bidang seni dan budaya. Sekitar tahun 50-an ia menyanyi bersama orkes Angkatan Darat. Kemudian pada tahun-tahun berikutnya ia sempat membina orkes musik Angkatan Laut. Tidak hanya itu, Asmuni sempat aktif bersama dua adiknya, Asrofah dan Asmawati, membesarkan grup orkes Mawar Bersemi yang dibentuk ayahnya. Hingga akhirnya pertemuannya dengan Pelawak Bing Slamet membuatnya melirik panggung lawak.
Karier lawak pertamanya adalah ketika ia bergabung dengan grup Sandiwara Lokaria yang didirikan Amang Gunawan dan Maleha di Tegal pada 1967 silam. Sosok Asmuni yang akrab dengan blangkon dan kumis kecilnya sempat menjadi bintang di grup tersebut. Hingga grup sandiwara itu tiba pada titik senjakala, Asmuni turut serta dalam bedol desa para pelawak Lokaria ke grup Aneka Ria Srimulat yang saat itu diampu oleh Teguh Slamet Rahardjo.
Babak bedol desa Lokaria itu diabadikan oleh Penulis Herry Gendut Janarto dalam bukunya bertajuk "Teguh Srimulat-Berpacu dalam Komedi dan Melodi" yang terbit untuk pertama kali pada 1990 silam. Herry Gendut mencatat, setelah bergabungnya sosok Asmuni, Aneka Ria Srimulat di THR Surabaya yang sempat "sakit keras" kembali bangkit, kembali sehat, dan bahkan menemukan puncak ketenarannya.
Toto Asmuni lahir di Diwek, Jombang pada 17 Juni 1932 silam. Pelawak legendaris yang meninggal pada 21 Juli 2007 silam itu terus dikenang dengan salah satu celetukannya "hil yang mustahal". Namun, bagi Astria, putri tunggal pasangan Asmuni dan Antina, khasanah filosofi yang dia ambil dari ayahnya lebih luas dari sekadar "hil yang mustahal" atau "tunjep poin".
"Ayah itu orangnya pendiam. Jarang banget ngomong kalau enggak dipancing. Iya, sambil mecucu begitu," kata Astria kepada detikJatim, Selasa (17/5/2022).
"Makanya dalam interaksi dengan ayah itu, aku dapat pesan-pesan dari beliau dengan menguping. Iya, aku seringnya nguping pembicaraan beliau dengan kawan-kawannya," Astria melanjutkan.
Satu kali ketika ayahnya menemui kawan-kawannya di rumah mereka, Astria menguping pembicaraan itu. Ada satu ungkapan mendiang ayahnya kepada kawan-kawannya yang ia ingat sampai sekarang.
"Waktu itu sambil guyon begitu, ya, beliau nasihati teman-temannya. Katanya, 'ada tiga pola yang harus dijaga ketika hidup: pola makan, pola tidur, dan ojo kakehan polah (jangan terlalu banyak tingkah)'," katanya.
Selain celetukan seperti itu, ada satu pesan lagi dari ayahnya yang juga dia ingat sampai sekarang. Sebab, oleh almarhum Asmuni, pesan itu disampaikan secara berulang-ulang dan secara langsung kepadanya. "Sederhana, pesannya. Ojo dumeh (jangan mentang-mentang). Udah begitu saja. Sederhana banget," ujar Astria.
Salah satu monumen yang bisa menjadi media untuk mengenang Almarhum Asmuni adalah rumah makan Warung Rujak Cingur'e Asmuni di Desa Jatipasar, Trowulan, Mojokerto yang didirikan dengan istrinya Antina pada 1993 silam. Astria yang kini mengelola rumah makan itu dengan tetap memegang teguh wasiat atau amanah dari ayahnya.
"Saya menjaga amanah ayah. 'Ini (depot) buat kalian, buat anakmu, jagalah ibumu. Sudah terserah kamu,' begitu pesan ayah," kata Astria.
(dpe/dte)