Kuda Mati Kelelahan Saat Puter Kayun Banyuwangi, Pemilik: Mungkin Kaget

Kuda Mati Kelelahan Saat Puter Kayun Banyuwangi, Pemilik: Mungkin Kaget

Ardian Fanani - detikJatim
Rabu, 11 Mei 2022 19:51 WIB
kuda puter kayun mati
Atim bersama Kudanya yang mati saat tradisi Puter Kayun di Banyuwangi (Foto: Ardian Fanani/detikJatim)
Banyuwangi -

Diduga karena kelelahan, seekor kuda iring-iringan tradisi Puter Kayun mati. Kuda tersebut milik warga Kelurahan Boyolangu, Atim (70). Pria yang berprofesi sebagai kusir itu mengaku, kuda itu milik dia satu-satunya.

Kuda milik Atim itu mati saat melakukan perjalanan pulang ke rumahnya Boyolangu, Rabu (11/05/2022). Kuda tersebut tiba-tiba mengurangi kecepatannya, lalu berhenti dan tergeletak di Jalan Raya Situbondo-Banyuwangi, Kelurahan Bulusan, Kecamatan Kalipuro.

Atim mengatakan, kuda miliknya tampak kaget menjalani tradisi tersebut. Sebab, kuda itu tidak pernah melakukan perjalanan rute panjang selama 2 tahun karena COVID-19. Dia pun meyakini kudanya kelelahan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"2 tahun berhenti tidak pernah ada Puter Kayun. Kuda saya mungkin kaget dengan rute panjang ini dan akhirnya mati," kata Atim kepada detikJatim.

Kuda Sumbawa milik Atim ini dibeli dengan harga Rp 25 juta sekitar 6 tahun lalu. Kuda ini dibeli Atim dari warga Kecamatan Genteng.

ADVERTISEMENT

"Usianya sekitar 20 tahun," tambahnya.

Kuda ini merupakan satu-satunya roda perputaran ekonomi bagi keluarga Atim. Pada waktu kejadian, para tetangga dan kerabat Atim saling menguatkan agar dapat pengganti kuda lain setelah tragedi ini.

"Ya bingung. Mau bagaimana lagi. Karena memang sudah ajalnya sampai di sini," pungkasnya.

Sebelumnya, Puter Kayun adalah tradisi napak tilas masyarakat Osing Boyolangu, Kecamatan Giri Banyuwangi. Tradisi ini digelar setahun sekali, tepatnya di hari ke 10 lebaran.

Warga mengendarai dokar (delman) dari Kelurahan Boyolangu menuju Pantai Watu Dodol atau sejauh 15 kilometer. Dokar pun dihias dengan aksesoris yang menarik bak kereta kencana.

Tradisi ini merupakan perwujudan syukur kepada Tuhan. Serta sebagai pengingat perjuangan dari leluhur setempat, yakni Buyut Jakso atau yang dikenal Ki Martojoyo. Buyut Jakso dikenal telah memberi banyak peninggalan yang bermanfaat.




(hse/iwd)


Hide Ads