"Jalan bergelombang itu diperbaiki sebentar rusak lagi. Depan rumah saya sering ditambal, tapi tak lama gelombang lagi," kata Siswanto (40), warga Dusun Jatisumber yang rumahnya hanya sekitar 10 meter dari lokasi kecelakaan, Minggu (1/5/2022).
Siswanto mengakui beberapa kali memang terjadi kecelakaan lalu lintas di Jalan Nasional Dusun Jatisumber meski terbilang jarang. Kecelakaan di jalur itu biasanya membuat pengendara sepeda motor jatuh sendiri karena jalan yang tidak mulus.
"Ada juga karena menghindari jalan rusak tertabrak kendaraan dari arah yang sama. Satu bulan kadang terjadi sekali, kadang sebulan tidak terjadi sama sekali. Selama Ramadan hanya sekali kemarin itu," jelasnya.
Kecelakaan tragis yang dialami Masringah diawali dengan peristiwa sepeda motor yang dikendarai korban menyerempet sebuah pikap yang berhenti di badan jalan sebelah kiri, tepatnya di depan sebuah toko keramik. Belum diketahui nopol kendaraan dan identitas pengemudi pikap itu.
Ayah pemilik toko keramik, Sodikin (65) mengaku tidak tahu soal pikap yang diserempet korban. Saat kecelakaan terjadi, dirinya sedang tidak di rumah. Namun, menurutnya, setiap kendaraan yang muat keramik biasanya diminta masuk ke halaman toko atau di lahan sebelah timur toko.
"Sehingga tidak mengganggu lalu lintas. Mungkin pikap itu mau belanja keramik atau cuma berhenti. Saya kebetulan kemarin pagi tidak di rumah. Biasanya kalau belanja keramik saya larang parkir di badan jalan karena sudah ada tempatnya," ujar Sodikin.
Terkait kondisi jalan yang bergelombang, Sodikin mengatakan, persoalan itu sudah terjadi sejak lama dan tidak pernah terpecahkan. Karena jalan itu terus rusak meski sering kali diperbaiki. Banyaknya truk dengan muatan berlebih yang melintas di jalan ini yang menjadi penyebabnya.
"Truk besar-besar seharusnya muatannya tidak berlebihan. Muatannya tidak sesuai beban jalan. Perbaikan terakhir sebelum Ramadan dan pertengahan Ramadan, tapi bergelombang lagi," ungkapnya.
![]() |
Sama halnya dengan Siswanto, Sodikin mengatakan, kecelakaan di Jalan Nasional Desa Watesumpak depan tokonya sangat jarang terjadi. Seingatnya, kecelakaan hanya terjadi 6 kali dalam setahun terakhir ini. Semuanya memang melibatkan pengendara sepeda motor.
"Kecelakaan karena kena jalan bergelombang hanya melibatkan sepeda motor. Pengendara kurang menyadari kondisi jalan, oleng, jatuh sendiri. Juga menghindari jalan rusak, tertabrak kendaraan lain dari belakang," tandasnya.
Sebelumnya, Masringah tewas dalam kecelakaan beruntun melibatkan 3 sepeda motor di jalan nasional Dusun Jatisumber, Desa Watesumpak, Mojokerto pada Sabtu (30/4) pagi. Ketiga sepeda motor melaju di jalur arteri dari timur ke barat atau dari arah Surabaya ke Jombang.
Paling depan sepeda motor Yamaha Vega nopol L 2261 U yang dikendarai Masringah seorang diri. Disusul sepeda motor Yamaha Vixion nopol AG 4089 ECA yang dikemudikan putra korban, Agus Wahyudi (28).
Saat itu, Agus membonceng adiknya. Satu keluarga ini dalam perjalanan mudik dari Surabaya ke Desa Ringinsari, Kandat, Kabupaten Kediri. Sedangkan paling belakang sepeda motor Honda Supra Fit X nopol L 6201 AQ yang dikendarai Mukhtarom (48), warga Desa Medali, Puri, Mojokerto.
Sampai di jalan nasional Dusun Jatisumber sekitar pukul 07.30 WIB, Masringah yang kurang konsentrasi menyerempet mobil pikap di sisi kiri jalan. Saat itu, pikap tersebut berhenti di badan jalan sebelah kiri.
Akibatnya, Masringah terjatuh ke tengah jalan. Seketika ia tertabrak motor yang dikendarai putranya. Korban tewas di lokasi kecelakaan karena luka parah di kepala.
Tidak sampai di situ saja, giliran sepeda motor Yamaha Vixion yang dikemudikan Agus tertabrak sepeda motor Honda Supra Fit X yang melaju di belakangnya. Beruntung, Agus dan adiknya, serta pengendara Supra selamat.
Jenazah Masringah dievakuasi polisi yang dibantu relawan dan PMI Kabupaten Mojokerto ke RSUD Dr Wahidin Sudiro Husodo, Kota Mojokerto. Korban diserahkan kepada keluarganya setelah divisum.
(dpe/dte)