Hari Idul Fitri, pria di Probolinggo yang memiliki nama unik itu bekerja sebagai tenaga honorer. Dia bekerja di Dinas Pendidikan Probolinggo.
Pria kelahiran Probolinggo 12 Juni 1981 silam itu merupakan warga Dusun Karang Asem, Desa Sukorejo, Kecamatan Kotaanyar, Kabupaten Probolinggo.
Hari, demikian dia akrab disapa, adalah bapak tiga anak hasil pernikahannya dengan Yuli Astutik. Sehari-hari dia menghidupi keluarganya dari hasil jerih payah sebagai sopir honorer di Dispendik Probolinggo.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Selain jadi sopir di Dispendik saya juga punya bisnis kecil-kecilan. Saya berjualan kendaran bekas dan ada beberapa bisnis lainnya. Alhamdulillah," ujarnya kepada detikJatim, Rabu (20/4/2022).
Pria berusia 41 itu mengaku bangga dengan nama pemberian orang tuanya meski sempat tidak dipercaya banyak orang. Bahkan oleh teman-temannya sendiri.
"Banyak orang yang tidak percaya kalau nama saya Hari Idul Fitri, setelah saya tunjukkan KTP atau SIM baru percaya," ujarnya.
Pria 41 tahun itu pun menunjukkan Kartu Tanda Penduduk (KTP)-nya. Nama yang tercantum di KTP itu memang benar 'Hari Idul Fitri', seorang laki-laki, lahir di Probolinggo.
Kepada detikJatim Hari mengatakan, setiap kali mendengar takbir berkumandang menandakan Idulfitri telah tiba, dia selalu menangis. Karena pada detik-detik itulah dia dilahirkan ke dunia.
"Itulah saat ketika saya dilahirkan, dan setiap hari kemenangan datang, saya pasti menangis mengingat masa lalu" ujarnya.
Putra ketiga dari tiga bersaudara anak-anak pasangan suami istri Moh Haris dan Horini bersyukur memiliki nama bermakna besar. Hari Kemenangan bagi Umat Muslim di seluruh dunia.
Ayahnya yang memberikan nama itu. Dia sendiri mengaku tidak tahu pasti mengapa ayahnya menamainya begitu. Tetapi apa pun alasannya, dia mengaku tetap bangga.
"Saya tetap bangga. Apa pun alasan bapak saya dulu memberikan nama itu. Saya sangat bangga," ujarnya.
(dpe/iwd)