Begini Alur Perang Sarung Pemuda Banyuwangi yang Mirip Gladiator

Begini Alur Perang Sarung Pemuda Banyuwangi yang Mirip Gladiator

Ardian Fanani - detikJatim
Jumat, 15 Apr 2022 09:01 WIB
Perang sahur di Banyuwangi
Pemuda pelaku perang sarung di Banyuwangi (Foto: Ardian Fanani/detikJatim)
Banyuwangi -

Perang sarung sungguh meresahkan warga Banyuwangi. Betapa tidak, sekelompok pemuda belia bertarung gengsi dengan berkelahi menggunakan senjata sarung. Bagaimana pemuda belia Banyuwangi ini janjian, bertarung, hingga saling balas dendam dalam perang sarung?

Perang sarung ini dilakukan pemuda belia di sekitar Perumahan Puri Gading Mas Permai, Kecamatan Kabat, Banyuwangi, sekitar pukul 01.00 WIB, Jumat (15/4/2022) dini hari. Sebanyak 20 anak usia belia diamankan warga saat akan perang sarung.

Istilah perang sarung ini diibaratkan mirip perang gladiator. Dua kubu saling hantam dengan sarung yang dililit dan ujungnya diikat. Pertama, mereka akan bertanding satu lawan satu.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Mereka yang ditunjuk sebagai gladiator akan bermain. Jika salah satu kalah, maka pihak yang kalah akan menyerang pihak yang menang. Tawuran atau perang sarung pun bakal terjadi.

"Ya itu tadi pak. Pertama tanding satu lawan satu. Kalau ada yang kalah yang menang akan diserang kubu yang kalah," ujar NW(15) salah satu pemuda belia yang sempat diamankan warga karena perang sarung.

ADVERTISEMENT

NW bercerita, aksi perang sarung berakhir jika salah satu kubu mengaku kalah. Maka kubu pemenang bakal mencari lawan lagi untuk perang sarung. Biasanya, satu kubu itu terdiri dari pemuda belia dari desa atau kampung yang sama.

"Kan yang kemarin Bulusan kalah. Ini minta tanding lagi sama Secawan. Makanya kami pilih lokasi netral. Kami sportif pa,k karena kalau perang di desa dikira berkelahi, nanti banyak yang ikut campur. Kalau di luar kan tidak ada yang kenal," katanya.

Terkait dengan lokasi ajang gladiator perang sarung, setiap kubu sudah menentukan lokasi bertanding. Mereka akan mengontak teman-teman mereka dari grup WA.

"Biasanya jagoan kami yang kami jemput. Biasanya janjian dulu lewat WA juga tanding di mana," tambahnya.

Selama ini, kata NW, tidak ada yang bermain curang saat perang sarung. Mereka sportif tidak mengisi sarung mereka dengan batu ataupun besi. Karena mereka tahu hal itu sangat berbahaya.

"Selama ini tidak ada yang curang. Pakai sarung saja. Ya cuma kalau kena kepala ya pusing. Kalau kena badan, paling parah ya lecet," pungkasnya.

Pada bulan Ramadan ini, perang sarung menjadi tren negatif bagi anak muda di Indonesia. Kejadian perang sarung sering terjadi di Jakarta dan kota lainnya. Perang sarung yang dilakukan para remaja sudah dikatakan sebagai bentuk tawuran mematikan. Bagaimana tidak, sudah ada korban dari perang sarung yang pernah terjadi. Di mana, ujung sarung diikat batu sebagai pemberat bahkan juga sejenis senjata tajam.




(hil/dte)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads