Balita mengalami stunting di Kabupaten Mojokerto mencapai 27,4 persen atau 25.806 jiwa berdasarkan hasil survei Studi Status Gizi Indonesia (SSGI) tahun 2021. Bupati Ikfina Fahmawati menggulirkan sejumlah program untuk menekan angka stunting menjadi 15,96 persen di tahun 2024.
Hal itu disampaikan Ikfina saat menerima kunjungan kerja Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) RI, Hasto Wardoyo dalam rangka percepatan penurunan stunting di Pendapa Graha Majatama, Kantor Bupati Mojokerto. Hadir pula Kepala Perwakilan BKKBN Jatim, Maria Ernawati dan Ketua Tim Penggerak PKK Jatim, Arumi Bachsin.
Empat acara digelar sekaligus di tempat ini. Yaitu Bupati Ikfina melaunching pusat informasi konseling remaja (PIK-R) di semua SMP dan SMA sederajat di Kabupaten Mojokerto dan pembukaan sekolah orang tua hebat di Kabupaten Mojokerto oleh Arumi Bachsin.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Juga pengukuhan duta penurunan stunting Jatim, serta pengukuhan ayah bunda genre dan duta penurunan stunting kecamatan se-Kabupaten Mojokerto oleh Kepala BKKBN RI, Hasto Wardoyo. Kegiatan diakhiri dialog bersama antara Hasto dengan Tim Percepatan Penurunan Stunting (TPPS) tingkat kabupaten, kecamatan hingga desa.
Hasto mengatakan, kasus balita stunting di Indonesia saat ini di angka 24,4 persen. Stunting ditandai dengan kondisi tinggi tubuh balita yang tidak sesuai usianya, atau pendek akibat kekurangan gizi dalam waktu lama. Akhir tahun nanti, kasus stunting di tanah air ditargetkan turun 3 persen menjadi 21,4 persen.
"Kami membuat sistem terstruktur dari pusat sampai bawah untuk percepatan menurunkan stunting. Contoh di Kabupaten Mojokerto ini," kata Hasto kepada wartawan di lokasi, Kamis (14/4/2022).
Ia menjelaskan, mengatasi stunting bagian dari pembangunan SDM yang sangat penting dilakukan untuk menghadapi Indonesia Emas tahun 2045. Sehingga ketika mendapatkan bonus demografi, generasi yang ada nantinya menjadi modal pembangunan.
"Kalau stunting kita masih satu banding 4, maka susah sekali kita memanfaatkan bonus demografi. Generasi yang banyak malah menjadi beban, tidak menjadi modal pembangunan," terangnya.
Bupati Mojokerto, Ikfina Fahmawati menjelaskan, jumlah balita di wilayahnya per Januari 2022 adalah 94.182 jiwa. Berdasarkan hasil survei SSGI tahun 2021, balita yang mengalami stunting mencapai 27,4 persen atau 25.806 jiwa. Pihaknya menerjunkan TPPS hingga tingkat desa untuk mengecek data tersebut.
Bupati yang mempunyai latar belakang pendidikan kedokteran ini menuturkan, TPPS Kabupaten Mojokerto mendapat target dari BKKBN untuk menekan angka stunting menjadi 23,95 persen. Target terus berlanjut setidaknya hingga tahun 2024. Selama tiga tahun ke depan, pihaknya berupaya menurunkan kasus stunting menjadi 15,96 persen.
Untuk mencapai target tersebut, Pemkab Mojokerto menggulirkan sejumlah program. Pertama, program intervensi spesifik untuk remaja putri. Yakni Jumat cerita minum tablet zat besi bersama-sama supaya cantik, energik, rajin dan inovatif. Kedua, Program Capingmas, calon pengantin masa depan emas.
"Jadi, tiga bulan sebelum menikah dilakukan pemeriksaan fisik maupun laboratorium terhadap calon pengantin bekerja sama dengan pengadilan agama. Kami akan segera MoU dengan pengadilan agama untuk menekan dispensasi nikah supaya pendewasaan usia nikah bisa kami laksanakan," jelasnya.
Program ketiga ketiga yang digulirkan Ikfina yaitu Pinarak, pantau ibu janin aman dari risiko kehamilan. Keempat, program Selada Bu Harti, selamatkan dampingi ibu hamil risiko tinggi. Setiap posyandu di Kabupaten Mojokerto mempunyai 1 kader khusus yang bertugas mendampingi ibu hamil risiko tinggi. Terdapat 1.287 posyandu di Bumi Majapahit.
"Untuk ibu bersalin, kami punya program di seluruh puskesmas, yaitu Permen Simela, persalinan aman siap siaga melayani. Jadi, semuanya sudah tercatat prediksi hari persalinan, sudah jelas akan melahirkan di puskesmas mana, dijemput dan diantar," cetusnya.
Program keenam adalah Nensi, nenek cantik pejuang ASI untuk ibu-ibu menyusui yang sibuk bekerja. Program ini memberdayakan nenek-nenek agar rajin memberikan ASI kepada cucunya saat ditinggal anaknya bekerja. Tentu saja ASI yang sudah diperah sang ibu. Selanjutnya, program untuk ibu-ibu baru melahirkan agar siap menyusui.
Buli Gasibu menjadi program kedelapan untuk menekan angka stunting di Kabupaten Mojokerto. Yaitu budi daya lele atasi gizi buruk untuk memberi asuhan gizi kepada para balita yang terdeteksi gizi buruk. Program kesembilan adalah Paud Holistik Integratif untuk para batita. Melalui program ini, para guru PAUD diharapkan juga mampu memeriksa kesehatan dan tumbuh kembang anak.
"Kalau program Bude Jamila, buang air dengan jamban bersih dan layak, target kami semua keluarga punya jamban yang layak. Untuk memudahkan monitoring program-program tersebut, kami menunggu aplikasi yang sedang dibuat Diskominfo Kabupaten Mojokerto," tandas Ikfina.
(ega/ega)