Solar Subsidi Langka di Mojokerto Bikin Pusing Para Sopir

Solar Subsidi Langka di Mojokerto Bikin Pusing Para Sopir

Enggran Eko Budianto - detikJatim
Kamis, 31 Mar 2022 05:02 WIB
Antrean panjang truk di salah satu SPBU di Mojokerto akibat solar subsidi langka.
Antrean panjang truk di salah satu SPBU di Mojokerto akibat solar subsidi langka. (Foto: Enggran Eko Budianto/detikJatim)
Mojokerto -

Solar subsidi atau bio solar sulit ditemukan alias langka di sepanjang jalur nasional Kota dan Kabupaten Mojokerto. Kondisi ini dikeluhkan para sopir truk.

Terdapat 7 SPBU di sepanjang jalan nasional wilayah Kabupaten dan Kota Mojokerto. Pantauan detikJatim mulai pukul 17.00-19.00 WIB, stok solar bersubsidi kosong di 6 SPBU.

Baik di SPBU Meri, Kranggan, Kota Mojokerto; SPBU Lengkong, Mojoanyar; SPBU Jampirogo, Sooko; SPBU Gemekan, Sooko; serta 2 SPBU di Desa Jatipasar, Trowulan, Mojokerto.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Satu lagi SPBU Jatipasar. Di lokasi ini solar bersubsidi bahkan kosong sejak sepekan yang lalu.

Solar bersubsidi hanya tersedia di SPBU Jalan By Pass Mojokerto, Desa Balongmojo, Puri. Sontak pom bensin ini diserbu para sopir truk. Antrean panjang terjadi mulai pompa solar sampai jalan raya.

ADVERTISEMENT

Solikin (52) sopir truk asal Rembang, Jateng mengeluh karena kesulitan mencari bio solar di sepanjang jalan nasional Mojokerto. Padahal, ia akan mengirim kertas dari Gresik ke Boyolali, Jateng.

"Sudah seminggu solar sulit ditemukan. Ini saya sudah mengantre 30 menit belum dapat," kata Solikin kepada wartawan di SPBU Balongmojo, Rabu (30/3/2022).

Tidak hanya itu, Solikin kian pusing gara-gara pembelian solar di SPBU mulai dibatasi maksimal Rp 300 ribu untuk truk besar.

Padahal, ia harus membeli Rp 900 ribu atau 175 liter solar untuk perjalanan pulang pergi dari Gresik ke Boyolali dengan harga bio solar saat ini Rp 5.150 per liter.

"Dampaknya, ya, kerja tidak bisa lancar. Padahal saya setiap hari harus kirim barang ke Boyolali," terangnya.

Keluhan yang sama dirasakan Arik (33) sopir truk asal Kota Mojokerto. Ia juga kesulitan menemukan solar bersubsidi di jalan nasional Mojosari. Beberapa SPBU yang ia hampiri sudah kehabisan stok.

"Harapannya ke pemerintah supaya pasokan solar lancar kembali. Sehingga kami tidak kebingungan membeli solar," jelasnya.

Pengawas SPBU Meri, Lilik Agustina menuturkan bahwa stok solar bersubsidi di tempatnya habis sejak pagi tadi sekitar pukul 05.00 WIB.

Padahal, kiriman dari Pertamina terakhir kali datang 16 kiloliter pada Selasa (29/3) sekitar pukul 22.00 WIB.

"Bahkan, sebelum kiriman datang, truk-truk sudah mengantre untuk menunggu, para sopir rela menunggu. Kiriman hari ini belum tahu jam berapa datangnya," tuturnya.

Sepanjang tahun ini, kata Lilik, dia hanya dijatah 423 kiloliter solar bersubsidi per bulan. Pembatasan pembelian dilakukan agar lebih banyak sopir truk yang bisa membeli solar subsidi dengan kuota terbatas itu.

"Kami batasi pembelian truk kecil Rp 100 ribu, truk dan bus besar maksimal Rp 300 ribu. Kami tidak bisa menambah permintaan karena khawatir sebelum akhir tahun nanti kuota kami habis," ujarnya.

Pengawas SPBU Lengkong, Riko mengatakan, kiriman solar bersubsidi terakhir kali datang dari Pertamina pada Selasa (29/3) malam sebanyak 8 kiloliter. Ribuan liter solar itu habis sejak siang sekitar pukul 14.00 WIB.

"Kalau pagi jam 6-10 selalu antre panjang sampai jalan raya. Kondisi seperti ini sudah satu minggu, dari Pertamina dibatasi kuotanya," tandasnya.




(dpe/iwd)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads