.webp)
Nenek 83 tahun yang lumpuh di Jember tinggal sebatang kara bersama 20-an ekor ayam di rumahnya yang sempit. Rupanya, selama ini ayam-ayam itu datang sendiri ke rumahnya di Dusun Krajan Barat, Desa Candijati, Kecamatan Arjasa, lalu berkembang biak.
Salah seorang relawan kemanusiaan Maya Cendrawasih mengatakan rumah Mbah Jani Buari atau biasa dipanggil Mbah Buari itu terlihat kumuh dan kotor karena keberadaan puluhan ayam itu.
"Kotornya rumah Mbah Buari karena kotoran ayam dan semua barang di rumahnya berantakan. Mbah Buari sudah dirayu agar mau hidup lebih bersih dan ayamnya dijual. Tapi karena sudah tua, ya, begitu itu. Tapi pelan-pelan dengan relawan dan cucu-cucunya diberi pengertian," katanya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Maya pun menceritakan bagaimana awal mula Mbah Buari yang sudah sepuh tinggal sebatang kara bersama puluhan ayam di rumahnya itu.
Mbah Buari tinggal sebatang kara di sebuah rumah 4,5 meter x 4,8 meter di Dusun Krajan Barat, Desa Candijati, Kecamatan Arjasa, Jember sejak suaminya meninggal 2015.
Setahun setelahnya, sekitaran 2016 silam, Mbah Buari jatuh dari tempat tidurnya dan pada akhirnya mengalami lumpuh. Nenek itu pun terpaksa beraktivitas dengan cara mengesot.
Karena tinggal sendiri, Mbah Buari pun memelihara puluhan ayam yang kemudian tinggal bersama dan menjadi teman tidurnya.
"Awalnya ayam itu datang sendiri ke dalam rumah, karena banyak lubang di rumah Mbah Buari. Kemudian ayam-ayam itu berkembang biak dan total ada 20 ekor. Mbah Buari pun merawat ayam itu," kata Maya.
Kondisi Mbah Buari yang menyedihkan itu ditambah lagi dengan pendengarannya yang ternyata juga sudah mulai berkurang karena faktor usia.
Menurut Maya, Mbah Buari sebenarnya memiliki 5 cucu. Empat dari 5 cucu Mbah Buari juga tinggal tidak jauh dari rumah sang nenek.
"Tapi karena kondisi ekonomi yang terbatas, Mbah Buari tidak ingin merepotkan cucu-cucunya. Jadi beliau memilih hidup seorang diri di rumah," kata Maya.
(dpe/fat)
