Penanganan kasus kekerasan seksual pada perempuan dan anak di Polres Sampang dinilai lamban. Hal ini yang membuat puluhan mahasiswi Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) berdemo di depan Mapolres Sampang.
Mereka menggelar aksi teatrikal hingga memblokade jalur di jalan depan Mapolres Sampang. Selain itu, para mahasiswa juga membakar replika keranda mayat.
Koordinator Korps PMII Putri Asmaul Husna menyampaikan, aksi ini merupakan bentuk kekecewaannya melihat lambannya penanganan polisi pada kasus pelecehan seksual di sampang. Dia menyebut banyak kasus kekerasan pada perempuan yang penanganannya tidak tuntas.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Bagaimana tidak lamban, kasus yang sudah dilaporkan pada bulan Oktober 2021 lalu, hingga saat ini tidak diketahui progresnya. Bahkan pelaku dengan leluasa menghirup udara bebas," terangnya, Kamis (10/03/2022).
Para mahasiswi mendesak Polres Sampang segera menangkap pelaku pencabulan yang hingga saat ini masih bebas berkeliaran di luar. Pendemo juga mendesak polisi menginformasikan perkembangan kasus pencabulan tersebut.
"Kami memberikan kesempatan 14 Γ24 jam untuk menangkap pelaku. Jika dalam tenggat waktu tersebut tidak ada hasil, maka kami akan mengadukan kasus tersebut ke Polda Jatim," lanjutnya.
Usai satu jam melakukan teaterikal dan berorasi, polisi meminta perwakilan aksi untuk masuk dan berkoordinasi. Namun massa menolak. Massa memilih membuka blokade dan merapat di pintu masuk Polres untuk bertemu Kapolres Sampang AKBP Arman namun hal ini tak menemui hasil.
Demo ini pun diakhiri dengan membakar aksi replika keranda mayat. Mereka kecewa lantaran Kapolres Sampang AKBP Arman tak mau menemui pendemo.
Para pendemo putri ini sempat berusaha masuk menemui Kapolres, namun mereka tak bisa menembus blokade petugas yang terlalu rapat. Bahkan, sempat terjadi aksi saling dorong antara mahasiswi dan polwan di pintu masuk Mapolres Sampang.
Ketua Koppri PC PMII Sampang Ummu Kulsum menyampaikan kekecewaannya terhadap sikap Kapolres Sampang yang tak mau menemui massa aksi.
"Kami ke sini untuk menagih janji soalnya polres berjanji kepada kami untuk menjadikan kasus ini sebagai skala prioritas tapi nyatanya sudah berjalan dua minggu lebih tidak ada progres, itu menandakan kapolres tidak mampu padahal pelakunya hanya satu," ungkap Ummu.
Wakapolres Sampang, Kompol Jalaluddin menyampaikan, kapolres bersedia menemui pendemo di dalam. Dia pun meminta lima orrang perwakilan saja yang masuk ke dalam.
"Beliaunya mau hadir ke sini, karena rekan-rekan yang menerima kata-kata yang nggak nyaman didengar sehingga tidak jadi. Kalau mau berkenan lima orang saja menemui Kapolres," ucapnya
Terpisah, Kapolres Sampang AKBP Arman mengaku siap menerima pendemo dan berdialog dengan kepala dingin di lobi Mapolres.
"Saya sudah menemui mereka namun tidak di beri kesempatan beicara sehingga saya kembali ke dalam. Kami baru bisa fokus menangani kasus sejak 17 Februari kemarin, dan memang pelaku ini tidak ada di Sampang, kalou ada dan berkeliaran di kampungnya, ya pasti kami tangkap, tapi tetap kami proses terus mudah-mudahan segera bisa ditangkap, tunggu saja," pungkasnya.
(hil/hil)