Kesaksian Pengguna Prostitusi Online di Surabaya, Banting Harga Hingga Tertipu

Kesaksian Pengguna Prostitusi Online di Surabaya, Banting Harga Hingga Tertipu

Tim detikJatim - detikJatim
Jumat, 04 Mar 2022 17:31 WIB
Poster
Ilustrasi prostitusi online. Foto: Edi Wahyono/detik.com
Surabaya -

Pengguna prositusi online melalui aplikasi pesan singkat di Surabaya punya pengalaman bermacam-macam. Dari yang gembira hingga yang sedih gulana.

Pria warga Surabaya yang tidak mau disebut namanya ini, misalnya. Dia menceritakan pengalaman yang menurutnya menyenangkan menggunakan aplikasi MiChat saat Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) tahun 2021 diterapkan di Surabaya.

Menurutnya, ketika pembatasan aktivitas masyarakat sedang ketat-ketatnya, harga yang ditawarkan para penyedia Open BO ini turun drastis.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pernah sekali dia menawar tarif yang tadinya ditawarkan Rp 1 juta-an untuk satu kali 'main' itu hingga deal di harga Rp 250 ribu. Saat PSBB memang perputaran ekonomi di Surabaya melambat sehingga banyak orang yang membutuhkan uang.

"Sumpah! Banting harga, bro. Awal dia tawarkan tarifnya itu Rp 1.250.000. Tak rayu-rayu sampai akhirnya deal 250, itu sudah include sama kamar," katanya kepada detikJatim sambil terkekeh.

ADVERTISEMENT
michatStatus pelaku prostitusi di MiChat (Foto: Tangkapan layar)

Dia sendiri bisa dibilang sebagai pengguna setia jasa prostitusi di aplikasi MiChat. Karena saking lamanya, dia tahu bagaimana membedakan mana yang asli mana yang 'jadi-jadian'.

Mulai dari kata-kata yang tertempel di status, sampai gaya chat si pemberi jasa, dia sampai hapal di luar kepala dan menurutnya, 90 persen susah ditipu.

Bagi pengguna pemula yang baru coba-coba, pengalaman tidak enak yang bisa jadi akan didapatkan. Pria asli Mojokerto yang bekerja di Surabaya ini salah satunya.

Sebut saja namanya T, dia mengaku pernah tertipu ketika bertransaksi di MiChat. Si pemberi jasa memasang foto palsu.

Tawar-menawar harga sudah disepakati. Hotel di Surabaya tempat janjian bertemu juga sudah sama-sama mengerti. Begitu ketemu, momen itu selamanya menjadi ingatan tak terlupakan baginya.

"Bencong, bro. Saya sudah batalkan karena dia menipu. Masuk penipuan, kan, itu? Tapi dia peras saya supaya ngasih duitnya. Duh!," ujarnya.

Tidak hanya COD (cash on delivery/istilah populer dalam transaksi prostitusi online), tidak jarang transaksi dilakukan secara transfer bank. Tapi untuk yang ini, sudah cukup banyak korbannya.

Salah satu korbannya adalah Pras (bukan nama sebenarnya). Dia ceritakan bagaimana transaksi dengan para penyedia Open BO itu membuatnya rugi Rp 500 ribu.

"Saya cuma coba-coba, pas sudah nemu, dianya minta transfer. Setelah transfer ditunggu di hotel. Saya transfer, tapi pas ke hotel, kamar yang disebut ternyata tidak ada. Saya hubungi, ternyata di-block," ujarnya.

Pria yang berdomisili di Sidoarjo yang juga enggan disebut namanya ini bahkan menceritakan hal yang jarang diketahui tentang para PSK di MiChat.

Beberapa dari para wanita itu dikoordinir oleh agen. Semacam muncikari yang menjadi perantara dan menyeleksi pelanggan-pelanggan yang serius.

"Muncikarinya galak. Waktu itu saya memang cuma main-main. Begitu saya tidak datang sesuai janji, si agen ini ngelacak semua medsos saya terus ngancam nyebar," ujarnya.

Dia cukup 'keder', tapi ancaman itu bisa teratasi karena dia sendiri punya teman yang cukup paripurna soal lacak-melacak orang secara digital.




(dpe/iwd)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads