Kiai Ageng Muhammad Hasan Besari merupakan pendiri pesantren Gebang Tinatar atau Tegalsari. Pesantren ini berada di di Desa Tegalsari, Kecamatan Jetis, Ponorogo.
Salah satu keluarga Tegalsari, Kunto Pramono yang juga merupakan keturunan kedelapan dari Kiai Ageng Muhammad Besari mengaku tidak mempermasalahkan pengakuan Gus Miftah.
"Semasa orang itu mengaku ada keturunan, monggo. Secara saya sebagai pribadi tidak masalah," tutur Kunto kepada detikJatim, Senin (28/2/2022).
Kunto yang juga pengurus masjid Jami' Tegalsari pun berharap Gus Miftah bisa menunjukkan jati diri sesuai trah atau keturunan dari Kiai Ageng Muhammad Besari.
"Tapi tunjukkan jati diri sesuai trah Kiai Ageng Muhammad Besari, apapun dari tutur kata," imbuh Kunto.
![]() |
Bapak empat orang anak ini pun berharap tidak ada yang mengaku-ngaku. Sebab, khawatir jika suatu saat membawa-bawa nama besar keturunan Pesantren Tegalsari.
"Sesuaikan ya, jangan sampai cuman mengaku-ngaku, menipu dirinya sendiri," kata pria 63 tahun tersebut.
Kunto mengatakan selain sebagai ulama terkemuka, Kiai Ageng Hasan Besari merupakan menantu dari Pakubuwono II, Raja Kartasura.
"Beliau keturunan dari Pendiri Kerajaan Majapahit dan Ibunya dari Baginda Rasulullah," tutur Kunto
Kunto mengatakan dari jalur Ayah (Kiai R. Nedo Kusumo), Kiai Ageng merupakan keturunan ke-31 dari pendiri Kerajaan Majapahit yaitu Raden Wijaya. Sedangkan dari garis keturunan Ibu (Nyai Anom Besari), nasabnya sampai kepada Rasulullah Saw keturunan ke-48 melalui garis Sayyidati Fatimah Az-Zahro.
![]() |
"Gus Dur pernah berkata Kiai Hasan Besari merupakan monumen berpadunya antara Islam dan Nasionalisme," ujar Kunto.
Menurut Kunto, sosok Kiai Ageng Hasan Besari pandai dalam berbagai keilmuan, di antaranya agama (tasawuf), ketatanegaraan, strategi perang dan kesusastraan sehingga beliau dikenal banyak orang dari penjuru Nusantara, mereka berduyun-duyun menimba ilmu kepadanya.
"Beliau melahirkan tokoh-tokoh, pertama Pakubuwana II, Sultan Kartasura yang berkancah dalam dunia politik. Kedua, Bagus Burhan atau Raden Ngabehi Ronggowarsito, sastrawan Jawa yang menciptakan kidung Zaman Edan. Dan ketiga, H.O.S Cokroaminoto, tokoh pergerakan nasional pendiri Sarikat Islam," papar Kunto.
Kemudian ketiga tokoh ini menginspirasi sang Proklamator, Ir.Soekarno dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. Tidak lepas dari itu, keilmuan Kyai Ageng Hasan Besari juga sampai pada KH. Hasyim Asy'ari. Adabul Alim wal Muta'alim karya KH. Hasyim Asy'ari masih ada keterkaitan dengan Krama Negara karya Kyai Ageng Hasan Besari, yang keduanya bermuara pada Kitab Silakrama karya Empu Prapanca.
"Kyai Ageng Hasan Besari wafat pada 12 Selo 1165 H (1747 M), dimakamkan di Tegalsari, Jetis, Ponorogo. Makamnya menjadi wisata religi yang ramai dikunjungi oleh para peziarah, terutama saat malam Jumat," pungkas Kunto.
(iwd/iwd)