Pesantren Gebang Tinatar atau biasa disebut Pesantren Tegalsari kini tinggal kenangan. Tak ada peninggalan bekas bangunan. Yang tersisa hnaya satu pondokan Kiai Ageng Muhammad Besari, Masjid Tegalsari, serta Makam Kiai Ageng Muhammad Besari.
Keturunan kedelapan, Kunto Pramono mengatakan saat ini Tegalsari tak punya pondok pesantren. Hanya ada masjid dan makam yang bisa dikunjungi masyarakat untuk wisata religi.
"Akhirnya untuk menarik peziarah ada gapura dan menara, tempat wudhu yang nyaman dan masjid yang selalu terjaga kebersihannya," tutur pria 63 tahun itu kepada detikJatim, Senin (28/2/2022).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kunto menambahkan dulu Pesantren Gebang Tinatar ini menjadi tempat penggemblengan para pejuang kemerdekaan. Baik dari kalangan Islam ataupun nasionalisme pada masa depan.
Misalnya saja, pesantren ini pernah 'menampung' Pakubuwono II, raja Kasunanan Kartasurya. Dia mengenyam pendidikan di Pesantren Gebang Tinatar-Tegalsari ketika Kerajaan Kartasura sedang menghadapi 'Geger Pecinan'.
![]() |
Karena kewalahan, Pakubuwono II terpaksa menyingkir ke arah timur dan kemudian berlindung di pesantren yang diasuh oleh Kiai Ageng Mohammad Besari ini. Setelah 'nyantri' di sana beberapa lama, Pakubuwono II akhirnya dapat menduduki tahta kembali pada tahun 1743 M.
"Lalu ada juga HOS Cokroaminoto, yang pernah nyantri di sini," imbuh Kunto.
Haji Oemar Said Tjokroaminoto atau yang dikenal dengan HOS. Cokroaminoto adalah santri sekaligus keluarga dari Pesantren Gebang Tinatar-Tegalsari.
Pahlawan Nasional yang lahir di Madiun 16 Agustus 1883 ini adalah ketua Syarikat Islam, sebuah organisasi pergerakan di Indonesia. Tjokroaminoto berhasil melahirkan beberapa tokoh pergerakan politik di Indonesia.
Salah satunya adalah Soekarno yang kemudian menjadi presiden pertama Indonesia sekaligus pendiri Partai Nasional Indonesia (PNI); Bung Tomo, pengobar perlawanan arek-arek Surabaya terhadap agresi Belanda, yang sekaligus juga pendiri partai Gerakan Indonesia (Gerindo).
"Sejak tahun 1978, kita masuk gabung ke MTs, MA Ronggowarsito. Paling sekarang tinggal 50 siswa," tandas Kunto.
Saat ini, para peziarah bisa mendatangi makam Kiai Ageng Muhammad Besari dengan nyaman. Gapura makam, menara, masjid dan tempat wudhu dibuat nyaman.
"Banyak peziarah kesini sehabis Isya sampai Subuh, banyak yang tirakatan di makam maupun masjid, silakan saja," pungkas Kunto.
(iwd/iwd)