Kenaikan harga kedelai berdampak pada perajin tempe di Ngawi. Akibat mahalnya harga kedelai, sebagian dari mereka memilih tidak produksi.
"Libur tidak produksi tempe saya. Gimana harga kedelai naik terus," ujar pembuat tempe Sati (56) kepada detikJatim, Selasa (22/2/2022).
Warga Dusun Sadang, Desa Karangtengah, Ngawi ini menuturkan, sudah seminggu terakhir dirinya tak memproduksi tempe. Ini karena kenaikan harga kedelai terus terjadi, dari harga normal mulai Rp6.000 kini menjadi Rp 11.000.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Harga normal kemarin Rp6.000 per kilogram naik jadi Rp7.000 terus Rp9.500 hingga Rp11.0000 sekarang," papar Sati.
Hal senada juga diungkapkan oleh Ririn (35), perajin tempe yang juga terdampak kenaikan harga kedelai.
"Wah harga kedelai naik pasti terdampak kita juga. Ini juga produksi berkurang saya. Biasanya bisa 150 kilogram kedelai kini hanya 80 hingga 100 kilogram saja," papar Ririn.
Sementara Kepala Desa Karangtengah Prandon, Katimin, mengatakan di desanya ada 600 warga binaan UMKM pembuat tempe. Sebagian dari mereka memilih untuk tidak produksi sementara waktu.
"Ada sekitar 600 angkat UMKM pembuat tempe dan keripik tempe di desa saya memang sentra di sini. Yang berhenti produksi untuk sementara ini ada kalau 20 persen," kata Katimin.
Katimin menambahkan gejolak harga kedelai dirasakan sejak seminggu terakhir.
"Sudah seminggu ini sebagian tidak produksi," tandasnya.
(hil/fat)