Pembelajaran tatap muka (PTM) untuk SD dan SMP di Surabaya kini kapasitasnya menjadi 25 persen, dengan menerapkan protokol kesehatan ketat. Hal ini mengingat kasus aktif COVID-19 yang terus meningkat di Kota Pahlawan.
Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi mengatakan, penerapan PTM 25 persen ini salah satu langkah untuk menekan angka COVID-19, khususnya varian Omicron. Aturan ini disesuaikan dengan pedoman Inmendagri tentang pelaksanaan PPKM Level 3.
"Karena COVID-19 tambah mundak (naik), maka kita lakukan dengan model prokes ketat. Bukan hanya PTM 25 persen, tapi juga percepatan vaksinasi secara berkala. Jadi apa yang diatur di dalam inmendagri, maka kita ikuti sesuai levelnya, InsyaAllah cepat pulih lah Kota Surabaya," kata Eri, Selasa (22/2/2022).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Mekanisme PTM 25 persen ini diterapkan dengan cara yang sama seperti PTM 50 persen. Setiap sekolah SD maupun SMP, akan menyesuaikan jumlah siswa di setiap kelas.
"Kemarin kan sempat 50 persen, nanti tinggal dikurangi total itu jadi 25 persen dari jumlah siswanya, masuknya bisa satu sampai dua kali dalam seminggu. Nanti kita koordinasikan dengan guru-guru," jelasnya.
Sementara itu, Kepala Dispendik Kota Surabaya, Yusuf Masruh sebelumnya sempat berdiskusi dengan pakar epidemiologi dan persakmi membahas pelaksanaan PTM. Jika di dalam kelas ada 30 siswa, maka dibagi dua shift menjadi 15 orang siswa tiap PTM. Lalu sisanya 15 siswa mengikuti pembelajaran secara hybrid.
"Kemarin kan 100 persen dua shift, 50 persen hybrid sebagian PTM. Nah yang ini 50 persen dua shift, yang hybrid menyesuaikan. Jadi kita perkecil lagi," kata Yusuf.
Yusuf menjelaskan, untuk pelaksanaan PTM 25 persen ini akan dilakukan secara bertahap. Saat ini ia masih berkoordinasi dengan wali murid dan kepala sekolah, karena pelaksanaan PTM harus ada persetujuan dari berbagai pihak.
"Kemarin (17/2) sudah berlangsung. Jadi kepala sekolah harus koordinasi dengan wali murid, kalau orang tua mengizinkan maka nanti akan masuk PTM yang 25 persen, sisanya hybrid," pungkasnya.
(hil/fat)