Baliho Menteri BUMN Erick Thohir bersama Menteri Sosial Tri Rismaharini bertebaran di Surabaya. Pengamatan detikjatim pada Jumat (11/2/2022), baliho dengan ukuran 60Γ300 cm itu ada di kawasan Darmo Satelit, Banyuurip, Tambaksari hingga Nginden Semolo.
Dalam baliho tersebut, terpajang gambar wajah Erick Thohir mengenakan jas hitam, dan Risma yang mengenakan blazer. Baliho tersebut bertuliskan Erick-Risma 2024.
Baliho Erick-Risma yang terpajang didominasi warna merah, putih, dan hitam. Namun, tidak ada tulisan yang menerangkan pemasang baliho.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pengamat Politik Universitas Trunojoyo Madura, Surokim Abdussalam menilai hal tersebut merupakan cek ombak. "Saya kira itu cek ombak saja ya. Menuju kontestasi Pilpres 2024 sekarang ini kita baru masuk tahap pemunculan kandidat atau surcafing, guna menemukan kandidat yang potensial dan bagus atau star facing. Jadi ya boleh-boleh saja semua bisa dimunculkan untuk mengetes respons publik," kata Surokim kepada detikjatim, Jumat (11/2/2022).
Surokim menyebut baik kepala daerah, menteri kabinet, anggota dewan sah-sah saja memasang berbagai baliho untuk cek ombak. Apalagi, baliho-baliho yang dipasang di sudut-sudut jalan bertujuan untuk mendapat simpatik dari warga.
"Kembali lagi ke penilaian publik, apakah tone yang mereka tangkap positif atau negatif. Jadi ikhtiar untuk mengenalkan diri guna meningkatkan popularitas, aseptabilitas dan elektabilitas itu sah saja dan publik sendiri nanti yang akan merespons," terangnya.
Peneliti senior SSC ini juga menilai baik Erick dan Risma memiliki elektabilitas yang belum tinggi dibanding calon seperti Prabowo Subianto, Ganjar Pranowo, dan Anies Baswedan.
"Hanya saja dari tracking kandidat sejauh ini nama-nama itu angkanya masih minimalis. Nama-nama dari Jatim butuh kerja keras untuk meningkatkan elektabilitas, popularitas dan masih ada waktu 2 tahun untuk menggenjot elektabilitas. Sejauh ini sampai Februari 2022 baik Erick dan Risma itu belum bisa tembus elektabilitas 10 persen, jadi masih butuh kerja keras," bebernya.
Surokim menyebut, Risma merupakan kader PDIP, dan di partai tersebut banyak kader yang mengantre untuk diusung dalam Pilpres 2024. Peluang Erick-Risma menurut Surokim cukup berat untuk diusung PDIP.
"Jika melihat selama ini di PDIP untuk nominasi Capres, selalu mengambil situasi last minute untuk mengumumkan paslon yang diusungnya. Semua orang tahu bahwa kuasa Bu Mega di sana sangat dominan, apalagi di PDIP juga banyak putra dan putri mahkota yang juga antre tentu bukan perkara mudah bagi Erick dan Risma untuk bisa mendapat dukungan," bebernya.
"Melihat tracking survei hingga saat ini memang keduanya masih masuk kandidat Pilpres klasemen bawah. Tampak sulit tapi sebagai politisi situasi itu harus dianggap sebagai peluang harus dijemput termasuk peluang keduanya untuk kolaborasi. Memang itung-itungan matematika politik relatif kecil bisa dinominasikan partai," imbuhnya.
(sun/sun)