Purwokerto, memiliki segudang oleh-oleh menarik yang wajib dibeli wisatawan. Sebagai Kota Pelajar-nya Jawa Tengah, harga oleh-oleh khas Purwokerto pun tidak mahal sehingga semakin menguatkan alasanmu untuk membelinya.
Banyak turis bepergian ke Kota Satria ini karena terpikat dengan objek-objek wisata yang indah. Di antaranya adalah Baturaden yang terletak di lereng Gunung Slamet. Ada pula Telaga Sunyi di tengah-tengah Hutan Pinus Limpakuwus dan Menara Pandang Teratai.
Di sekitar destinasi liburan keluarga tersebut, ada banyak toko oleh-oleh yang menggoda siapa pun untuk mampir. Sayangnya, beberapa orang mungkin bingung harus membeli buah tangan jenis apa untuk orang-orang terdekat.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Jangan sampai, rasa bingung tersebut menyebabkan detikers pulang dengan tangan kosong. Nah, guna membantumu menentukan pilihan, di bawah ini detikJateng himpunkan sejumlah oleh-oleh khas Purwokerto yang wajib kamu bawa pulang. Simak sampai tuntas!
Oleh-oleh Khas Purwokerto yang Wajib Dibungkus
1. Gethuk Goreng
Di urutan pertama, ada gethuk goreng khas Kecamatan Sokaraja yang sudah melegenda. Dikutip dari Dinas Pemuda, Olahraga, Kebudayaan, dan Pariwisata Kabupaten Banyumas, gethuk goreng khas Banyumas ini memiliki banyak rasa. Di antaranya adalah gula merah, cokelat, dan durian.
Gethuk goreng dikemas dengan rapih dalam besek sehingga tampilannya menarik. Selain rasa dan tampilan unggul, gethuk goreng bisa tahan sampai sepuluh hari sehingga kuat dibawa ke ujung pelosok Indonesia.
Seperti halnya gethuk lain, gethuk goreng dibuat dari bahan utama singkong, dilansir laman Visit Jawa Tengah. Singkong tersebut kemudian dikukus dan dicampur bahan lain, seperti gula aren. Tahap selanjutnya, adonan tersebut dibentuk kecil-kecil, dicelupkan tepung, dan terakhir, digoreng.
2. Klanting
Pernah melihat caminan kecil berbentuk seperti gelang atau angka nol dengan warna khas kuning atau keemasan? Yap, makanan itu adalah klanting, oleh-oleh khas Banyumas, kabupaten yang menaungi Kota Purwokerto.
Sudah jadi camilan rakyat pedesaan dari zaman dahulu, klanting adalah suguhan untuk acara hajatan atau kumpul warga yang terbuat dari singkong. Teksturnya renyah dan ringan. Rasanya gurih, meski terkadang juga divariasikan dengan pedas atau manis.
Camilan satu ini bisa tahan lama bila disimpan dalam wadah kedap udara. Membuatnya jadi pilihan wajib oleh-oleh. Selain itu, harganya juga tidak mahal, ada di kisaran belasan ribu rupiah saja per 250 gram. Murah, bukan?
3. Nopia/Mino
Disadur dari Visit Jawa Tengah, nopia adalah camilan tradisinonal khas Banyumas. Sama dengan dua oleh-oleh sebelumnya, nopia bisa bertahan lama sehingga cocok untuk buah tangan. Tak hanya itu, di Purwokerto, mencari nopia bukanlah perkara sulit.
Kulit nopia yang compact terbuat dari tepung terigu. Setelah berhasil memecahkan 'cangkang'-nya, detikers bakal disambut rasa manis gula merah di bagian dalam. Dijamin meninggalkan rasa tak terlupakan di mulut.
Dilihat sepintas, nopia atau mino (versi kecil nopia) berbentuk mirip telur. Bentuk unik ini membuatnya biasa disebut ndog teko atau ndog gludug. Umumnya, nopia berwarna putih, tetapi ada juga yang mengkreasikannya dengan warna lain, seperti biru, hijau, dan ungu.
4. Jenang Jaket
Oleh-oleh khas Banyumas lain yang bisa ditemukan di Purwokerto adalah jenang jaket. Kata 'jaket' dalam namanya adalah kependekan dari jenang asli ketan. Kamu bisa dengan mudah menemukan dodol ini di acara-acara pernikahan.
Dikutip dari buku Kuliner Indonesia tulisan Murdijati Gardjito dkk., jenang jaket harus dibuat dari tepung beras ketan berkualitas, tanpa campuran tepung lain. Bahan lain yang digunakan dalam proses pembuatannya adalah santan kelapa, gula, kelapa, vanili, dan wijen.
Jenang jaket terasa empuk, berbeda 180 derajat dengan nopia yang dikelilingi kulit keras. Jajanan khas Banyumas ini punya rasa manis yang pas membuatnya cocok dinikmati beragam kalangan.
5. Keripik Tempe
Bukan tanpa sebab Purwokerto dikenal sebagai Kota Keripik. Alasan di balik penamaan tersebut adalah keripik tempe khas yang jadi oleh-oleh ikoniknya. Menurut informasi dari laman Dolan Banyumas, keripik ini dibuat dari bahan baku yang sama dengan mendoan.
Artinya, keripik tempe Purwokerto dibuat dari kedelai yang dibuat dan dicetak menjadi lembaran tipis berbentuk segi empat. Bedanya dengan mendoan, keripik tempe digoreng dua kali sampai benar-benar kering nan renyah.
Punya daya tahan lama, keripik tempe jadi primadona oleh-oleh. Tak hanya daya tahan, keripik tempe mudah dibaurkan dalam berbagai jenis masakan, baik sebagai lauk maupun menggantikan peran kerupuk. Kamu bisa membeli keripik tempe di pusat oleh-oleh maupun supermarket.
6. Mendoan
Berbicara tentang mendoan, pikiran kita pasti langsung tertuju pada Banyumas. Bagaimana tidak, berangkat dari Banyumas dan Tegal, mendoan menyebar ke segala penjuru Jawa, termasuk kota-kota besar Jawa Tengah hingga Jakarta.
Perlu detikers ketahui, mendoan berbeda dengan tempe kemul. Ketika masuk mulut, mendoan Purwokerto terasa lebih berminyak. Kulitnya juga punya tekstur lembek basah. Sementara itu, tempe kemul lebih kering dan sedikit minyaknya.
Apakah mendoan bisa dijadikan oleh-oleh? Meski identik disajikan dalam kondisi panas bersama teh atau kopi, perkembangan zaman memampukan para pengusaha untuk membuat mendoan khusus oleh-oleh.
7. Wajik Klethik
Oleh-oleh ketujuh asal Banyumas yang wajib detikers beli untuk keluarga tercinta adalah wajik klethik. Menurut keterangan dari dokumen yang diunggah Repository Poltekpar, makanan satu ini dibuat dari beras ketan, gula aren, dan santan.
Wajik klethik selalu ada dalam acara pernikahan. Pasalnya, camilan ini membawa filosofi kerekatan hubungan keluarga perempuan dengan pihak laki-laki. Bukan hanya saat akad nikah, wajik klethik juga ditemukan dalam prosesi lamaran.
Satu kilogram wajik klethik normalnya dibanderol 50 ribuan di toko oleh-oleh. Daya tahannya cukup lama, mencapai satu bulan, sehingga sangat sesuai dipilih sebagai buah tangan.
Nah, itulah 7 oleh-oleh khas Purwokerto si ibu kota Kabupaten Banyumas yang wajib detikers bawa pulang. Semoga membantumu menentukan pilihan buah tangan, ya!
(sto/apu)