Kabupaten Klaten sebagai wilayah subur memiliki jejak panjang masa penjajahan Belanda, salah satunya keberadaan Benteng Loji. Benteng pertahanan yang bernama asli Engelenburg itu dulu terletak di pusat Kota Klaten saat ini.
"Masih, masih ada bentengnya saat saya sekolah. Tembok pagarnya keliling, tinggi," ungkap Lasiyem (79), saksi mata keberadaan Benteng Loji kepada detikJateng, Minggu (28/7/2024) siang.
Diceritakan Lasiyem, sekolahnya saat itu di PGAP (setingkat SMP) yang berada persis di samping benteng sisi timur. Pintu benteng berada di selatan dan barat.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Pintu benteng sekarang di samping Alun-alun Klaten itu. Benteng sekarang jadi masjid raya, sekolahan dan parkiran," katanya.
Benteng itu, lanjut Lasiyem, sering disebut loji. Karena di dalamnya ada dua bangunan loji (rumah model Belanda) yang saat dirinya sekolah digunakan untuk asrama tentara.
"Ada loji, dulu digunakan untuk asrama tentara, sekitar tahun 1955 saat itu. Saya sampai lulus PGAP kemudian pindah sekolah PGAA di Sangkal Putung," terang Lasiyem.
Warga lain, Marsi (70), menyatakan benteng itu sudah tidak terawat setelah Indonesia merdeka. Setelah itu sempat dibangun SD di sisi selatan.
"Sempat dibangun SD, lalu untuk olahraga, kemudian jadi terminal dan terakhir jadi masjid dan sekolah," ungkapnya.
Pantauan detikJateng, Minggu (28/7/2024), di lokasi sudah tidak ada sama sekali jejak Benteng Loji. Di lokasi saat ini berdiri sekolah, masjid raya, kantor KUA, dan parkiran Klaten Town Square.
Benteng Loji juga disebut-sebut di Perda nomor 12 tahun 2017 tentang Hari Jadi Kabupaten Klaten. Disebutkan pendirian benteng tersebut tanggal 28 Juli 1804 dengan surya sengkala Catur llang Estining Budi.
![]() |
Pegiat sejarah Klaten, Hari Wahyudi mengatakan benteng tersebut merupakan bagian dari pertahanan artileri kompeni Belanda. Benteng tersebut sebenarnya dibangun sejak tahun 1796.
"Saya menemukan data benteng Klaten dibangun pada tahun 1796 di buku Nederlandsche Artillerie karya FHW Kuypers seorang mayor artileri Hindia Timur. Tulisan ini juga dikuatkan oleh tulisan JFG Brumund tahun 1853 yang terkenal di kalangan arkeolog dan sejarah dengan judul Indiana, juga buku Van Doren 1847 dan lainnya," terang Hari.
Dalam tulisan Van Doren, sebut Hari, dijelaskan kondisi benteng yang memiliki kanal, dua bangunan, dua kubah dan jembatan gantung bergaya Portugis. Di benteng ada barak tapi sekarang sudah tidak ada lagi.
"Kondisi sekarang kita tidak bisa melihat lagi, sudah rata bahkan fondasinya pun tidak ada saat dibangun masjid raya. Sisa benteng terakhir itu dijadikan lantai di daerah Latar Putih yang dibawa dari runtuhan benteng tapi kan bahan bangunan itu banyaknya luar biasa, tentu sebagian besar digunakan untuk bahan bangunan masyarakat sekitar," kata Hari.
Terpisah, Analis Cagar Budaya dan Koleksi Museum Dinas Kebudayaan Pemuda Olahraga dan Pariwisata Pemkab Klaten, Wiyan Ari Tanjung menyatakan benteng Loji saat ini sudah tidak ada. Lokasi awalnya di Masjid Raya dan Alun-alun saat ini.
"Kalo menurut peta Belanda posisi di Masjid Raya dan sebagian Alun-alun saat ini. Tidak masuk cagar budaya karena bangunannya sudah tidak ada," jelas Wiyan Ari.
(aku/apl)