Deputi Direktur Taman Safari Indonesia, Hans Manansang mengungkapkan revitalisasi fase I Taman Satwa Taru Jurug (TSTJ) menjadi Solo Safari menelan anggaran hingga Rp 35 miliar. Menurutnya, kajian awal revitalisasi Solo Safari mencapai Rp 175 miliar.
"Kurang lebih Rp 35 miliar. Itu fase I saja. Fase II kurang, nggak cukup. Kajian awal kami Rp 175 miliar. Jadi dengan Rp 35 miliar kita putar otak. Gimana bisa dapat dengan barang yang cukup baik dengan harga seekonomis mungkin," kata Hans di Solo Safari, Senin (23/1/2023).
Hans menuturkan revitalisasi Solo Safari bukan dari investasi melainkan dari donasi, namun tidak disebutkan donasi dari pihak mana saja. Sementara untuk fase II nanti akan menelan biaya sekitar Rp 30 miliar.
"Ini bukan investasi tetapi donasi. Fase II kami usahakan dapat Rp 30 miliar lagi. Jadi total sekitar itu. Karena luas sih tempatnya. Kalau luas begini budget-nya kecil, saya juga tidak bisa gerak. Tetapi nanti kalau sudah fase II, ke sini senang," ujarnya.
Dikutip dari solozoo.id, Solo Safari berada di tepi Bengawan Solo, sekitar 10 km dari pusat kota Solo. Berada di ketinggian sekitar 92 meter di atas permukaan air laut, dengan luas sekitar 13,9 hektare.
"Kalau fase II atau sudah selesai semua, minimal (pengunjung) harus 4-5 jam (keliling Solo Safari). Harus seharian di sini. Karena semuanya ada lebih lengkap," ujarnya.
Hans mengatakan konsep kebun binatang itu kini lebih modern.
"Ya, kami tunjukkan tadi perubahan dari TSTJ yang sebelumnya dengan yang sudah diubah. Bagaimana kami menatanya. Satwa-satwanya juga kondisinya lebih berbeda dengan sebelumnya. Kalau dulu di kandang, sekarang lebih alami dan bebas. Tadi bisa lihat ya, tidak ada kandang penghalang. Itu konsep zoo yang lebih modern," pungkasnya.
(rih/rih)