Kemudian faktor yang keempat, kata Wahid, adalah peran partai pengusung sebagai mesin politik. Menurutnya, dukungan dari Gerindra, PKB, Golkar, Demokrat, PAN, PPP, PSI, PKS, NasDem, Gelora, Partai Buruh, PBB, dan Perindo tidak sepenuhnya diikuti pergerakan anggota di level terbawah. Namun setidaknya Gerindra, PKB, Golkar, PPP, dan PKS yang nampak masif hingga level terbawah.
"Selama masa kampanye, nampak jelas bagaimana Sudaryono aktif melakukan roadshow untuk mengkonsolidasi struktur dan kader Gerindra. Demikian juga yang dilakukan Gus Yusuf bersama PKB di berbagai kabupaten/kota. Termasuk kampanye Bahlil Lahadalia untuk memacu pergerakan Partai Golkar dan Zulkifli Hasan sebagai ketua umum PAN," katanya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Dia juga menjelaskan, berbeda dengan Paslon 02, dalam perspektif kepartaian, mesin partai Paslon 01 pada dasarnya sudah berjalan sangat efisien dan efektif. Hal itu nampak dari perolehan suara Paslon 01 yang lebih besar jika dibandingkan dengan perolehan suara PDI Perjuangan. Dalam waktu singkat elektabilitas Paslon 01 bisa mencapai lebih dari 40 persen. Ibarat speed boat, yang mampu melaju dengan cepat namun tidak mampu menahan tinggi dan besarnya gelombang, " imbuh dosen departemen politik pemerintahan FISIP Undip itu.
Kelima adalah faktor politik programatik dengan program-program populis. Dalam debat Pilgub Jateng, menurut Wahid Paslon 02 memaparkan program yang memiliki daya tarik elektoral antara lain pemenuhan asuransi kesehatan gratis bagi masyarakat miskin di tahun pertama.
Kemudian mengenai subsidi pangan murah, kemudahan mendapatkan pupuk bersubsidi bagi petani dan solar bagi nelayan, peningkatan BOS daerah untuk madrasah aliyah, peningkatan insentif bagi guru madin dan sekolah keagamaan, desalinasi air laut, peningkatan TPP bagi ASN, hingga kartu zilenial dengan berbagai akses program bagi generasi Z dan milenial.
"Program populis ini memiliki efek terhadap elektabilitas Paslon 02 setidaknya di level pemilih rasional. Terlebih ketika kemudian diperkuat dengan komitmen kesebangunan dengan program pemerintah pusat seperti penghapusan utang bagi UMKM, petani, nelayan dan insentif bagi petani milenial," jelas mahasiswa Doktoral Goethe University Frankfurt Jerman itu.
Keenam, atau faktor terakhir adalah faktor berkah dari pola partner dan tandem dengan calon bupati-wakil bupati dan calon wali kota-wakil wali kota. Mereka menjadi juru kampanye sekaligus mesin politik bagi Paslon 02.
"Di sejumlah daerah bahkan Paslon 02 ikut dikampanyekan oleh lebih dari satu paslon misalnya saja di Kabupaten Pati, Kota Salatiga, dan Kabupaten Rembang," tegasnya.
Dengan kemenangan Luthfi-Yasin maka masyarakat perlu mengawal janji-janji seperti dalam ungkapan-ungkapan yang diucapkan Luthfi dalam debat, salah satunya jargon 'Ngopeni lan Nglakoni'.
"Gemah ripah loh jinawi toto tentrem kerta raharja, inilah yang perlu kita nanti dan kawal ke depan. Menunaikan apa yang telah dijanjikan untuk mewujudkan Jawa Tengah maju dan berkelanjutan, ngopeni lan ngelakoni," katanya.
(apl/ams)