Terungkapnya dugaan politik uang (money politics) di Pekalongan diwarnai kejadian tabrak lari hingga penculikan. Korbannya tidak lain adalah warga di Kedungwuni yang mencoba mengungkap praktik tersebut.
hal ini sebagaimana disampaikan oleh pengacara warga Kedungwuni, Sunardi. Usai melaporkan tangkap tangan politik uang di Bawaslu Kabupaten Pekalongan, Sunardi membeberkan, kejadian di balik terungkapnya kasus tersebut.
Sunardi menyebut dua kliennya menjadi korban dalam peristiwa pengungkapan politik uang pada Senin (25/11) malam. Salah satu kliennya merupakan warga yang berhasil mengungkap dugaan kasus tersebut.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sunardi menuturkan kliennya itu sedianya akan kembali mengungkap dugaan money politics kedua usai berhasil mengungkap kasus yang sama pada koordinasi RT (Korte). Saat itu, si korban berusaha menghentikan mobil yang diduga membawa kardus-kardus berisi uang yang hendak dibagikan.
Lokasinya disebut tidak jauh dari sebuah posko yang diduga menjadi tempat koordinasi wilayah salah satu pasangan calon (paslon). Tetapi, ketika kliennya mencoba menghentikan mobil, ia justru ditabrak. Pengemudinya belakangan terungkap identitasnya.
"Ya, ada perlawanan (tangkap tangan kedua). Mobil langsung menabrak pelapor. Bahkan korban hingga terseret beberapa meter," kata Sunardi saat ditemui di Bawaslu Kabupaten Pekalongan, Selasa (26/11/2024) malam.
Atas kejadian ini, Sunardi berencana membawa kasus tabrak lari itu ke ranah hukum, dengan melaporkannya ke Polres Pekalongan.
Selain kasus tabrak lari, Sunardi melanjutkan, ada kejadian lagi yang menimpa klien lainnya yakni terkait penculikan dan penganiayaan. Bahkan, klien dipukul menggunakan gagang senjata api.
Sunardi menyebut kliennya ini menjadi korban penculikan Senin (25/11) petang, sekitar pukul 18.00 WIB.
"Atas perlakuan ini kami rencananya akan membawa ke kepolisian, mengenai tindakan penculikan, tabrak lari yang dilakukan beberapa oknum diduga bagian dari ormas," jelas Sunardi.
"Korbannya diculik 5-6 jam. Ada informasi dari korban ada tindakan penganiayaan, bahkan dengan gagang senjata api. Ini merupakan tindakan serius, termasuk dugaan kepemilikan senjata api oleh terduga pelaku penculikan," ungkapnya.
Sunardi menerangkan meski mengalami luka lebam, kondisi kedua kliennya sudah membaik.
"Pastinya untuk kondisi korban membaik sudah dilakukan permintaan visum kedua korban. Secepatnya akan melaporkan ke polisi," tambahnya.
Warga Kedungwuni lainnya, Saim, saat ditemui di lokasi yang sama menuturkan korban penculikan sendiri sebetulnya warga yang awalnya tidak tahu-menahu tentang adanya pengungkapan politik uang.
"Korban penculikan tidak tahu soal adanya tangkap tangan politik uang. Korban datang ke lokasi karena penasaran atas keramaian yang terjadi. Tiba-tiba ada mobil langsung memasukkan dirinya ke mobil," katanya.
"Ya intinya korban ini salah sasaran," tambah Saim.
Saim menjelaskan berdasarkan penuturan korban yang disampaikan kepada dirinya, korban dibawa menggunakan mobil ke sebuah rumah. Di sana, ia disekap dan disiksa menggunakan gagang senjata api.
Meskipun pada saat Senin malam (25/11), pihak para korban belum mengadukan secara resmi, namun menurut Saim, kasus tersebut bisa dimediasi di Polres Pekalongan.
"Alhamdulillah, korban kemudian bisa diantar ke Polres, setelah pihak polres melakukan negosiasi," tambahnya.
Diberitakan sebelumnya, dalam pengungkapan pertama, warga menemukan tumpukan amplop berisi uang dan stiker salah satu paslon peserta Pilkada Pekalongan.
"Ada juga beberapa formulir data pemilih di Desa Salakbrojo di mana di situ ada nama-nama, NIK pemilih dan kode kategorinya. Selain itu juga kami lampirkan beberapa BB (barang bukti) termasuk video," tutur Sunardi.
Dia juga menyebut bahwa nominal uang dalam amplop itu total cukup besar. Pihaknya juga membawa semua barang bukti itu dan menyerahkannya kepada Gakkumdu dan Bawaslu.
"Ditemukan sejumlah barang bukti ada uang tunai totalnya Rp 213.200.000 rupiah terdiri dari 22 pak amplop berisi uang dan stiker Paslon," kata dia.
(apl/afn)