Pengamat Politik UIN Walisongo Semarang, Dr M Kholidul Adib melihat isu agama mewarnai dinamika Pemilihan Wali Kota Semarang. Menurutnya, hak pemilih untuk melihat keyakinan agama calon yang didukung, namun hal itu tidak baik untuk perkembangan demokrasi.
Calon Wali Kota dan Wakil Wali Kota Semarang, Yoyok Sukawi-Joko Santoso (Yoyok-Joss) mendapat dukungan dari para kiai, ulama, dan tokoh agama. Menurut Adib, hal itu tidak lepas dari isu agama.
"Deklarasi dukungan para ulama sepuh dan para tokoh Muhammadiyah untuk Yoyok-Joss juga berkaitan dengan faktor agama, meski pun dikemas dengan istilah doa bersama ataupun kesamaan visi dan misi membangun Kota Semarang ke depan," kata Adib, Selasa (19/11/2024).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Yoyok baru- baru ini mendapat dukungan resmi dari kiai, habaib dan tokoh agama di Semarang. Kemudian beberapa tokoh Muhammadiyah saat Milad ke-112 Muhammadiyah tingkat Kota Semarang, kini giliran Gerakan Pemuda Nahdliyin (GPN) Kota Semarang menggelar doa bersama untuk kemenangan Yoyok-Joss di Pilwalkot Semarang 2024 dan Ahmad Luthfi dan Taj Yasin Maimoen di Pilgub Jateng.
Adip menjelaskan survei Y-Publica pimpinan Rudi Hartono menunjukkan bahwa isu agama tidak terlalu dominan dalam Pilwalkot Semarang 2024. Dalam hasil survei yang dirilis 16 September 2024 itu sebanyak 59 persen responden menyatakan tidak mempersoalkan agama kandidat, sedangkan 41 persen masih memandang agama sebagai pertimbangan.
Hasil survei ini menunjukkan bahwa pemilih Kota Semarang terbagi dalam dua segmentasi, yaitu nasionalis dan religious. Dari hasil tersebut, 51 persen pemilih nasionalis diperkirakan terbelah antara mendukung Agustina-Iswar dari PDIP yang merupakan partai yang nasionalis dan mengusung kesetaraan hak politik bagi semua warga negara dan Yoyok-Joss yang didukung partai-partai nasionalis lain seperti Gerindra, Demokrat, Golkar, PSI, dan NasDem. Sementara itu, 41 persen pemilih religius, yang umumnya berasal dari basis PKS, PKB, PAN, dan PPP, diperkirakan condong ke Yoyok-Joss.
Adib menjelaskan, berdasarkan kalkulasi tersebut pasangan Yoyok-Joss memiliki peluang besar untuk unggul, terutama untuk pemilih yang mempertimbangkan faktor agama. Tapi menurutnya politisasi agama dalam demokrasi Indonesia memang banyak menuai kritik. Adib juga mengimbau masyarakat agar lebih fokus pada isu populis seperti visi-misi, program kerja, rekam jejak, dan kepribadian kandidat.
"Memilih kandidat atas dasar kesamaan agama adalah hak warga negara, tetapi menjadikan agama sebagai faktor utama tentu tidak baik bagi pengembangan demokrasi," tambah Kholidul Adib.
(akn/ega)