Dataran tinggi Dieng tidak hanya kaya akan ragam budaya dan potensi wisata alam. Namun juga kuliner yang layak dicoba. Salah satunya adalah olahan cabai khas Dieng.
Cabai yang memiliki ukuran lebih besar dibanding cabai pada umumnya ini juga disebut cabai gendot. Sedangkan jika dilihat dari warnanya yang cerah, mengingatkan pada paprika. Tetapi soal rasa, cabai ini jauh lebih pedas bahkan jika dibandingkan dengan cabai biasa.
Tanaman ini banyak dijumpai di dataran tinggi Dieng. Warga setempat memanfaatkan cabai ini untuk diolah dengan aneka sayuran. Salah satunya adalah sayur jamur tiram yang dicampur dengan cabai Dieng.
"Ini merupakan cabai khas Dieng. Rasanya cabai ini lebih hot, dan lebih pedas dibanding cabai pada umumnya," ujar Sulastri penjual menu olahan cabai Dieng, saat ditemui di rumah makannya di komplek Candi Arjuna, Desa Dieng Kulon, Banjarnegara, Selasa (9/8/2022).
Biasanya, warga memanfaatkan cabai ini untuk memasak beragam olahan sayur. Mulai dari jamur, terung, labu dan sayuran lainnya. Sedangkan proses masaknya pun sama, cabai diiris kemudian dimasak dengan sayur lainnya.
"Cabai ini bisa untuk campuran masakan sayur. Rasanya lebih pedas dan tampilannya lebih menarik. Karena memiliki warna yang lebih cerah," kata dia.
Untuk harga olahan cabai Dieng tersebut, Sulastri tidak mematok harga khusus, sama seperti sayur lainnya. Harga satu porsi tergantung dari lauknya.
"Harganya tergantung lauknya. Kalau lauknya ayam, satu porsi Rp 20 ribu," sebutnya.
Bramantyo Jati, salah satu wisatawan mengaku baru pertama mencicipi sayuran cabai Dieng. Menurutnya, selain lebih pedas kulit dari cabai juga terasa lebih enak.
"Rasanya seperti ada kriuknya. Ini rasanya juga pedas, jadi cocok dimakan di dataran tinggi Dieng. bisa menghangatkan badan," tuturnya.
Simak Video "Video: Wamendag Sebut Cuaca Jadi Penyebab Harga Cabai Naik Jelang Lebaran"
(ahr/rih)