850 Ton Sampah Masuk TPA Piyungan Tiap Hari, Pemda DIY: Akan Kita Batasi

850 Ton Sampah Masuk TPA Piyungan Tiap Hari, Pemda DIY: Akan Kita Batasi

Pradito Rida Pertana - detikJateng
Kamis, 08 Jun 2023 16:50 WIB
TPST Piyungan di Bantul, DIY, ditutup warga yang memprotes pembongkaran sampah di akses jalan warga. Seperti apa kondisi terkini di sana?
TPA atau TPST Piyungan di Bantul, DIY, beberapa waktu lalu. (Foto: dok. detikcom)
Bantul -

Pemda Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) mengungkap 850 ton sampah masuk ke TPA atau Tempat Pembuangan Sampah Terpadu (TPST) Piyungan tiap harinya. Pemda DIY berupaya membatasi jumlah sampah yang masuk menjadi 600 ton. Bagaimana caranya?

Kepala Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan (DLHK) DIY Kuncoro Cahyo Aji mengatakan saat ini TPA Piyungan masih berstatus transisi menjadi tempat pengolahan sampah. Saat ini TPA Piyungan masuk proses kerja sama pemerintah dengan badan usaha atau KPBU.

"Sehingga prosesnya harus mengikuti KPBU, lewat lelang, kemudian nanti kita lihat teknologinya, kira-kira begitu," kata Kuncoro usai melakukan penanaman mangrove dan bersih Pantai Baros di Kapanewon Kretek, Kabupaten Bantul, Kamis (8/6/2023).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kuncoro melanjutkan, yang terpenting saat ini bukan masalah status TPA Piyungan namun lebih ke bagaimana memangkas jumlah sampah. Per hari, kata Kuncoro, sampah yang masuk ke TPA Piyungan mencapai 850 ton.

"Nah, yang perlu kita perhatikan adalah sekarang itu rata-rata setelah pandemi COVID-19, per harinya masuk 850 ton sampah di TPA Piyungan. Sementara nanti itu akan kita batasi sekitar 600 ton per hari," ujarnya.

ADVERTISEMENT

"Sehingga ada 250 ton per hari yang harus dikelola di hulu, itu yang harus kita persiapkan. Kalau secara umum sampah di TPA Piyungan itu paling banyak dari Sleman, Kota Jogja dan baru Bantul," lanjut Kuncoro.

Kuncoro mengaku telah mempersiapkan 11 desa yang mampu mengelola sampah secara mandiri. Dari jumlah tersebut, minimal terealisasi 9 desa yang mampu mengelola sampah sehingga tidak perlu sampai TPA Piyungan.

"Sehingga tahun ini kami persiapkan, kita cadangkan 11, tapi minimal harus jadi 9 desa percontohan mandiri kelola sampah. Ini yang harus kita dorong, karena di 9 desa itu sudah tersedia TPS3R (tempat pengolahan sampah reduce-reuse-recycle)," jelasnya.

Menurutnya, jika satu desa memiliki dua TPS3R maka permasalahan sampah rumah tangga di desa bisa selesai. "Jadi logikanya ketika satu desa itu ada dua TPS3R desa itu harus bersih sampah," ucapnya.

Sedangkan soal limbah lindi yang kerap meluap di sekitar TPA Piyungan, Kuncoro mengaku selalu siap menanggulanginya. Namun, kembali lagi meluapnya limbah disebutnya juga dipengaruhi oleh alam sehingga pihaknya tidak bisa memprediksi.

"Ya kalau limbah lindi kan kita selalu pantau. Kalau ada kebocoran segera kita tanggulangi. Hanya, air lindi itu juga sangat tergantung kepada alam juga, tidak secara matematis bisa kita prediksi saat hujan lebat, posisi sampah juga belum padat betul. Tapi yang jelas selalu ada upaya untuk menyelamatkan air lindi supaya tidak ke mana-mana," pungkasnya.




(rih/ahr)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads