Suasana haru mengiringi prosesi pemakaman pendiri Pondok Pesantren (Ponpes) waria Al Fatah, Shinta Ratri (60). Shinta dimakamkan di tempat permakaman Semoyan, Kalurahan Singosaren, Kapanewon Banguntapan, Kabupaten Bantul.
Pantauan detikJateng, tampak ratusan orang memadati permakaman Semoyan. Tampak pula beberapa transpuan hadir untuk memberi penghormatan terakhir bagi Shinta.
Jenazah Shinta sendiri tiba di tempat permakaman sekitar pukul 14.00 WIB. Selanjutnya, jenazah dimakamkan dengan prosesi agama Islam.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Memasuki pukul 14.10 WIB warga mulai memasukkan jenazah ke dalam liang lahad. Setelah tertutup tanah, tampak seorang pria berpeci memimpin doa untuk almarhum Shinta.
Dalam suasana itu, tampak sebagian pelayat menampakkan raut muka sedih. Bahkan, beberapa diantaranya tak kuasa menahan air mata ketika doa bersama. Memasuki pukul 14.30 WIB, prosesi pemakaman selesai dan para pelayat meninggalkan tempat permakaman tersebut.
Sebelumnya, pendiri Ponpes waria Al Fatah, Shinta Ratri meninggal dunia pagi tadi. Shinta dirawat di RSUD Jogja sejak Senin (30/1/2023) akibat gangguan asam lambung yang dia keluhkan.
![]() |
"(Meninggal) di rumah sakit, sekitar jam 5 subuh tadi. Dirawat sejak Senin sore. Jadi ada sekitar dua hari," ujar Sekretaris Ponpes Al Fatah, YS Al Buchory, kepada wartawan di rumah duka Jagalan, Banguntapan, Bantul, Rabu (1/2/2023).
Dijelaskan Buchory, sekitar sepekan lalu Shinta sempat mengeluh asam lambung. Shinta lalu dibawa putrinya ke RSUD Jogja. Namun, menurut Buchory, Shinta enggan dirawat inap.
"Tapi beliau tidak mau opname karena mungkin beban pikiran beliau juga banyak terkait dengan kegiatan-kegiatan di ponpes," terangnya.
Ikuti berita lainnya dari detikJateng di Google News.
(ahr/aku)