Budayawan Emha Ainun Nadjib atau Cak Nun menjadi sorotan usai viral potongan videonya yang mengibaratkan Jokowi adalah Firaun. Siapa itu Cak Nun? Berikut profilnya.
Profil Cak Nun
Mengutip detikNews, Rabu (18/1/2023), dikutip dari bukunya, Kyai Hologram, Emha Ainun Nadjib atau Cak Nun lahir pada 27 Mei 1953 di Jombang, Jawa Timur. Dia pernah mengenyam ilmu agama di Pondok Pesantren Gontor dan pernah kuliah di Fakultas Ekonomi Universitas Gajah Mada (UGM).
Di Indonesia, Cak Nun dikenal sebagai cendekiawan sekaligus budayawan yang pandai menulis dan berceramah. Dia telah melahirkan puluhan buku-buku esai tentang tema sosial-budaya. Ia juga pernah aktif di kegiatan kesenian internasional yang membawanya hingga ke Iowa City, AS.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Cak Nun dikenal pula sebagai budayawan yang kerap melontarkan kritik kepada pemerintah sejak era Orde Baru. Bahkan, pada 16 Mei 1998, Cak Nun bersama dengan empat tokoh lainnya, berkirim surat kepada Suharto agar mau turun dari jabatannya. Cak Nun menjadi salah satu saksi sejarah dari Reformasi 1998.
Cak Nun kini aktif menggelar acara pengajian masyarakat Maiyah yang dinamai dengan acara Sinau Bareng. Acara pengajian ini adalah bentuk dekonstruksi dari model pengajian pada umumnya. Pengajian ini digelar untuk mewujudkan kesadaran kolektif masyarakat akan kehidupan sosial di sekitarnya.
Sementara itu, dikutip dari laman kemdikbud, Emha Ainun Nadjib mempunyai nama lengkap Muhammad Ainun Nadjib. Pada awal kepenyairannya, ia menuliskan namanya dalam karyanya dengan MH Ainun Nadjib. Lama-lama ejaannya diubah menjadi Emha sehingga ia lebih dikenal dengan nama Emha Ainun Nadjib. Cak Nun dikenal sebagai penyair, dramawan, cerpenis, budayawan, mantan pelukis kaligrafi (pelukis terkenal), dan penulis lagu.
Cak Nun pernah menjadi redaktur kebudayaan harian Masa Kini (sampai 1 Januari 1977) dan memimpin Teater Dinasti Yogyakarta. Dia juga pernah menjabat Sekretaris Dewan Kesenian Yogyakarta. Ia ikut menangani Yayasan Pengembangan Masyarakat Al-Muhammady di Jombang yang bergerak di bidang pendidikan, sosial ekonomi, dan sosial budaya. Di sana pula ia membentuk 'Komunitas Padhang Mbulan' pada awal tahun 1995 sebagai kelompok pengajar. Dia juga berkiprah dalam Yayasan Ababil di Yogyakarta yang menyediakan tenaga advokasi pengembangan masyarakat dan penciptaan tenaga kerja.
Tulisannya tersebar di sejumlah majalah seperti Tempo, kemudian surat kabar Republika, Sinar Harapan, Kompas, Kedaulatan Rakyat, Berita Nasional, dan Surabaya Post. Ia banyak menulis rubrik kolom di berbagai koran dan majalah yang kemudian melahirkan buku kumpulan esainya soal budaya dan sosial.
Beberapa kritikus mengomentari kepengarangan Emha Ainun Najib, misalnya M Arief Hakim (1994) menyatakan bahwa daya pikat tulisan-tulisan Emha Ainun Nadjib, terutama dalam menampilkan persoalan yang aktual dan kontekstual, sangat tajam dan peka, teristimewa dalam persoalan sosial-politik dan pemiskinan kebudayaan. Kritik-kritiknya demikian tajam, terutama dalam menggugat bobroknya kekuasaan.
Kuntowijoyo (1991) menyebut Emha sebagai budayawan yang mencerminkan atau lebih dapat mewakili sensibilitas generasi muda saat itu, yaitu sensibilitas pemuda yang kritis, suka protes, tetapi religius. Di dalam karya Emha, baik puisi maupun esai, dapat ditemukan sosok seorang anak muda aktivis sosial yang sekaligus mempunyai kecenderungan mistik. Dalam kelompok studi Persada inilah ia mengembangkan kreativitasnya sebagai sastrawan. Dia menerima Anugerah Adam Malik untuk bidang sastra tahun 1991.
Cak Nun Ngaku Kesambet soal Firaun
Diberitakan sebelumnya, Emha Ainun Nadjib atau Cak Nun menjadi perhatian setelah mengibaratkan Jokowi adalah Firaun. Cak Nun mengaku dia kesambet saat mengucapkan hal itu.
Selengkapnya di halaman selanjutnya.
Dalam video yang diunggah YouTube CakNun.com dilihat detikJateng, Rabu (18/1/2023), Cak Nun heran dia bisa mengucapkan soal Firaun, Qarun, dan Haman. Awalnya Cak Nun membahas soal roh. Kemudian Cak Nun menyinggung soal ucapannya terkait Firaun itu.
"Saya sendiri yang diberi ujian oleh Allah, jadi ketika sedang indah-indahnya Maiyah, ketika sedang puncak-puncaknya hidayah Allah menabur ke Maiyah, itu saya sendiri yang keblondrok artinya saya dikasih ujian oleh Allah luar biasa," kata Cak Nun dalam video di acara Mocopat Syafaat dan Tawashshulan
17 Januari 2023 di Tamantirto, Kasihan, Bantul, DIY, dikutip detikJateng.
"Meneng-meneng aku ki ngomong hal Firaun (diam-diam saya itu ngomong hal Firaun), coba. Dan itu saya kesambet, yo. Kuwi aku ra duwe rencana moro-moro cangkemku mak pecotot (Itu saya tidak ada rencana tahu-tahu mengucap) Firaun, Haman, Qarun. Itu itu di luar rencana saya dan sama sekali di luar kontrol saya, maka saya tadi saya bikin video sama Sabrang judulnya Mbah Nun Kesambet," lanjutnya.
Cak Nun menyebut kesambet yang dimaksud adalah peristiwa dirasuki sesuatu yang berasal dari Allah.
"Kita diangslupi sesuatu, bisa iblis, malaikat, bisa apa saja dari Allah," ujarnya.
Cak Nun kemudian membahas soal keyakinan sesuatu masuk ke diri manusia dari Allah, di antaranya ada hidayah hingga istidraj.
"Kita belum tahu itu hidayah Allah, apa saya disesatkan iblis, apa saya dilulu oleh dajjal, saya belum tahu, nanti kita lihat berikutnya akan terjadi apa," kata Cak Nun.
"Kalau itu hidayah, berarti ini Allah sengaja mencototkan sehingga besok akan terjadi dialektika atau metabolisme atau proses-proses yang tidak kita duga," imbuhnya.
Ibaratkan Jokowi adalah Firaun
Untuk diketahui, mengutip CNN Indonesia, potongan video ceramah Cak Nun viral di media sosial. Dalam video tersebut Cak Nun menyebut Jokowi sebagai Firaun dan Menko Maritim dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan sebagai Haman.
"Hasil pemilu mencerminkan tingkat kedewasaan dan tidak rakyatnya. Betul tidak? Bahkan juga algoritma pemilu 2024. Kan, enggak mungkin menang, wis sa ono sing menang saiki," kata Cak Nun dalam potongan video tersebut.
"Karena Indonesia dikuasai oleh Firaun yang namanya Jokowi, oleh Qorun yang namanya Anthony Salim dan 10 naga. Terus Haman yang namanya Luhut," tambahnya.
Cak Nun menilai seluruh sistem dan instrumen politik di Indonesia sudah dipegang oleh Firaun, Haman dan Qorun.
"Negara kita sesempurna dicekel oleh Firaun, Haman, dan Qorun. Itu seluruh sistemnya, seluruh perangkatnya, semua alat-alat politiknya sudah dipegang mereka semua. Dari uangnya, sistemnya, sampai otoritasnya, sampai apapun," kata Cak Nun dalam potongan video tersebut.
detikJateng sudah berupaya mendatangi Rumah Maiyah-Progress (Secretariat of Emha Ainun Nadjib and KiaiKanjeng) di Jalan Wates, Gang Barokah, Kadipiro, Ngestiharjo, Kasihan, Bantul, pada Rabu (18/1/2023) sekitar pukul 14.00 WIB untuk mewawancarai Cak Nun. Namun seorang tim sekretariat caknun.com, Ahmad, mengatakan Cak Nun sedang bepergian bersama keluarganya. Ahmad juga meminta wartawan yang datang untuk mengutip konten YouTube Cak Nun terkait isu 'Firaun' tersebut.