Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) merancang kurikulum dengan melibatkan dunia usaha, dunia industri, dan dunia kerja (DUDIKA). Hal itu dilakukan untuk mencetak lulusan yang adaptif dan siap kerja.
Wakil Rektor Bidang Mutu, Reputasi, dan Kemitraan UMY, Ir. Slamet Riyadi, M.Sc., Ph.D., menjelaskan penyusunan kurikulum bersama DUDIKA tak lagi seremonial, tapi telah masuk ke ranah strategis. Dengan harapan bisa memenuhi kebutuhan industri dan pengembangan riset terapan.
"Dunia usaha dan industri kami libatkan sejak tahap perencanaan kurikulum untuk memberi masukan langsung mengenai kompetensi yang benar-benar dibutuhkan di lapangan. Dengan begitu, lulusan UMY tidak hanya pintar secara akademik, tetapi juga siap kerja dan relevan dengan kebutuhan pasar," kata Slamet dalam keterangan tertulis yang diterima detikJateng, Rabu (5/11/2025).
Tak hanya itu, Slamet menjelaskan, UMY juga turut mengadopsi model pembelajaran berbasis kewirausahaan. Model pembelajaran ini menekankan pengembangan soft skills seperti berpikir kritis, kolaborasi, komunikasi, dan kreativitas.
Oleh sebab itu, pihaknya tidak hanya membekali mahasiswa dengan ilmu teoritis, tetapi juga kemampuan praktis dan adaptif terhadap perubahan dunia kerja yang dinamis.
"Kami tidak hanya ingin mencetak sarjana yang pintar, tetapi juga pemimpin muda yang inovatif, cakap digital, dan berani mengambil risiko. Model pembelajaran ini kami rancang agar mereka bisa beradaptasi dengan cepat dan menciptakan peluang," tegasnya.
UMY Kukuhkan Reputasi Global
Upaya UMY dalam mengintegrasikan dunia industri dan akademik ini pun menuai hasil cemerlang. Berdasarkan QS Asia University Rankings (QS AUR) 2026, UMY berhasil menduduki peringkat ke-526 kampus terbaik di Asia yang pada tahun sebelumnya berada di rangking 561-580.
Langkah strategis UMY tersebut berhasil meningkatkan skor indikator Employer Reputation dalam QS AUR 2026. Buktinya, skor UMY yang sebelumnya di angka 4,2 melonjak menjadi 16,4 dalam dua tahun terakhir.
Capaian ini menunjukkan reputasi kampus tidak sekadar ditentukan oleh publikasi ilmiah atau prestasi akademik, tetapi juga keberhasilan lulusan dalam menjawab kebutuhan dunia kerja dan berkontribusi bagi masyarakat.
"Lulusan adalah produk universitas. Jika produk tidak sesuai kebutuhan pasar, tentu akan tertolak. Karena itu, kami memastikan lulusan memiliki kompetensi unggul dan menjaga hubungan erat dengan mitra industri agar reputasi UMY terus meningkat, dan branding UMY sebagai kampus reputasi global semakin kuat," pungkas Slamet.
Simak Video "UMY Fasilitasi Pemulangan Jenazah Redho Korban Mutilasi ke Pangkalpinang"
(ams/dil)