Sederet Inovasi Ganjar Pranowo Turunkan Angka Kemiskinan di Jateng

Sederet Inovasi Ganjar Pranowo Turunkan Angka Kemiskinan di Jateng

Inkana Putri - detikJateng
Senin, 20 Feb 2023 20:09 WIB
Ganjar Pranowo
Foto: Istimewa
Jakarta -

Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo terus menggenjot penurunan angka kemiskinan di Jawa Tengah. Salah satunya dengan memprioritaskan perempuan rentan, anak, dan disabilitas dalam upaya pembangunan dan pengembangan daerah.

"Setiap Musrenbang di Jateng, kelompok perempuan dan anak serta disabilitas saya dahulukan. Inilah tindakan afirmasi dalam pengambilan keputusan," ujar Ganjar dalam keterangan tertulis, Senin (20/2/2023).

Ganjar menilai kelompok rentan perlu mendapat perhatian khusus dalam mengentaskan kemiskinan di Jateng. Dalam hal ini, perempuan dan anak-anak termasuk dalam kelompok rentan karena mereka cenderung memiliki ketergantungan ekonomi yang lebih besar pada orang lain.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Saat hidup dalam kemiskinan, perempuan dan anak-anak juga kerap menjadi korban yang paling terdampak. Oleh karena itu, memperkuat kemandirian ekonomi kelompok rentan menjadi hal penting dalam upaya mengurangi kemiskinan.

Inovasi Ceting Ketan dan Serat Kartini

ADVERTISEMENT

Melihat kondisi ini, Ganjar pun menggagas dua inovasi bagi kedua kelompok rentan tersebut, yakni 'Sekolah Perempuan Cerdas Zaman Now' atau 'Serat Kartini' dan 'Ceting Ketan', yang merupakan singkatan dari 'Mencegah Stunting pada Kelompok Rentan'.

Ganjar menjelaskan Serat Kartini menyasar perempuan berstatus kepala keluarga, penyintas COVID-19, korban kekerasan, korban bencana, penyandang disabilitas, PGOT, hingga kategori ODHA. Adapun inovasi ini memberdayakan perempuan kelompok rentan melalui pelatihan wirausaha.

Sementara itu, Ceting Ketan bertujuan untuk menurunkan angka stunting di Jateng.

Melalui Serat Kartini, Ganjar mendorong pelaksanaan Program Peningkatan Produktivitas Ekonomi Perempuan (PPEP) dan Peningkatan Partisipasi Perempuan dalam Proses Pengambilan Keputusan untuk perempuan rentan di desa-desa. Sedangkan Ceting Ketan bertujuan untuk mendorong kesehatan dan kesejahteraan keluarga lewat pelayanan KB, dan pendampingan kesehatan ibu dan balita.

Di Jateng, kata Ganjar, PPEP mengalami pertumbuhan pada tahun 2020 di saat pandemi COVID-19. Adapun pada 2019, hanya ada tiga desa di tiga kabupaten yang diintervensi. Namun, angka ini bertambah menjadi 1.701 desa di 35 kabupaten/kota pada 2020.

Sementara pada tahun 2021 dan 2022, program pemberdayaan kelompok perempuan rentan berlanjut dengan jumlah yang ditangani sama, yaitu 130 desa di 35 kabupaten/kota.

Apresiasi dari Sejumlah Pihak

Hadirnya inovasi Ganjar berdampak positif menurunkan persoalan dan mendapat apresiasi dari berbagai pihak. Terkait dengan persoalan terhadap perempuan, inovasi ini membuat Jateng menerima penghargaan Anugerah Parahita Ekapraya (APE) tahun 2020 dengan kategori tertinggi, yaitu Mentor.

Penghargaan ini merupakan kali keempat bagi Jateng dalam membuktikan keseriusan terkait implementasi pengarusutamaan gender.

Sedangkan terkait persoalan stunting, aplikasi elektronik-Pencatatan dan Pelaporan Gizi Berbasis Masyarakat (e-PPGBM) menunjukkan adanya penurunan signifikan di Jateng. Pada 2022 mencapai 11,95 persen atau menurun dibanding tahun 2018 yang menyentuh angka 24,4 persen. Hal ini membuat Jateng mendapatkan apresiasi dari BKKBN.

Ketua Jaringan Perempuan Usaha Kecil (Jarpuk) Kabupaten Wonosobo sekaligus Pendamping PPEP Nuke Maya Kurnianingsih mengatakan program PPEP sangat dirasakan oleh masyarakat. Pasalnya, program ini membuat perempuan di desa menjadi lebih berdaya dan mandiri.

"Mereka tak lagi hanya sebagai ibu rumah tangga yang berpangku tangan, tapi perempuan produktif yang menghasilkan produk-produk hasil pelatihan seperti batik ecoprint dan anyaman besek tenong dan keranjang. Mereka juga jadi pintar mengelola manajemen pemasaran, dan bisa mengurus PIRT (Pangan Industri Rumah Tangga) ketika bikin industri rumahan,'' kata Nuke.

Nuke menyebut terdapat berbagai model pendampingan yang dilakukan melalui PPEP dan Industri Rumah Tangga. Mulai dari membantu mengurus perizinan, mendorong ide-ide baru usaha, dan membuka jejaring dalam pasar online. Saat ini, terdapat sekitar 1.500 perempuan rentan dari 15 kecamatan (12 kelurahan dan 16 desa) yang dibina Jarpuk.

Hal senada diungkapkan Pendamping PPEP di Kabupaten Kebumen Marlina Indrianingrum. Ia menyampaikan terima kasih kepada Ganjar karena berkat program ini, ada enam desa yang menjadi locus kegiatan.

Bahkan, lanjut Marlina, salah satu binaannya yaitu PPEP Stinggil di Desa Wonosari, Kecamatan Sadang menjadi juara pertama Lomba PPEP Tingkat Jateng tahun 2022.

"Kegiatan pelatihan pembuatan makanan olahan yang digelar provinsi sangat bermanfaat bagi ibu-ibu khususnya menambah income. Di sini, mereka diajari pemasaran online, cara mengolah pisang jadi brownies dan singkong jadi nastar," ungkapnya.

Sementara itu, perwakilan Panti Pelayanan Sosial PGOT Mardi Utomo Semarang Ari mengaku pihaknya banyak mendapatkan penyuluhan tentang KB melalui program Ceting Ketan. Sebagai penerima manfaat, dirinya juga dilatih untuk membuat ecoprint sebagai bekal saat purna bina nanti.

Di sisi lain, Kepala Dinas DP3AP2AKB Jateng Retno Sudewi menyebut program PPEP mampu melatih keterampilan teknis usaha ekonomi produktif, baik olahan pangan maupun non-olahan pangan dengan memperhatikan potensi dan kearifan lokal.

Adapun beberapa pelatihan yang telah dilaksanakan di antaranya, pembuatan sandal hotel, pelatihan hidroponik, pelatihan rias wajah, pelatihan olahan pangan, pembuatan sabun, pengolahan kopi dan barista, batik ecoprint, pembuatan keramik, dan lainnya.

(fhs/fhs)


Hide Ads