Penjelasan RS Harapan Sehat Pemalang soal Pasien Anak Meninggal-Dipolisikan

Penjelasan RS Harapan Sehat Pemalang soal Pasien Anak Meninggal-Dipolisikan

Robby Bernardi - detikJateng
Minggu, 21 Apr 2024 20:40 WIB
Rumah Sakit (RS) Harapan Sehat,Β Pemalang.
Ilustrasi. Rumah Sakit (RS) Harapan Sehat, Pemalang. Foto: Robby Bernardi/detikJateng
Pemalang -

Seorang anak perempuan inisial P (12) meninggal dunia saat dirawat di Rumah Sakit (RS) Harapan Sehat, Kabupaten Pemalang. Keluarga pasien menduga ada malapraktik dan melapor ke polisi. Pihak RS angkat bicara.

Konfirmasi RS Harapan Sehat Pemalang

Humas RS Harapan Sehat, Pemalang, Septian membantah tudingan dari pihak keluarga pasien. Menurutnya, pihaknya bekerja sesuai standard operating procedure (SOP).

"Kami dicurigai melakukan malapraktik dan penganiayaan terhadap pasien. Pada intinya, kami terkait dugaan tersebut kami membantah, karena segala sesuatunya penanganan pasien kami sudah sesuai dengan SOP yang berlaku," ungkapnya saat dimintai konfirmasi, Minggu (21/4/2024).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Septian menjelaskan, pasien masuk ke RS Harapan Sehat pada Kamis (4/4), bukan Rabu (3/4) seperti apa yang dikatakan pihak keluarga pasien.

"Untuk pasien ini pertama kali masuk, pada Kamis (4/4), dan pada saat itu kami sudah melakukan proses keperawatan dan memang saat itu sedang ramai. Kondisi pasien naik turun," katanya.

ADVERTISEMENT

Menurut Septian, pasien didiagnosis mengalami radang selaput otak. Terkait keluarga pasien minta rujukan ke rumah sakit lainnya, Septian menjelaskan, pihaknya telah berupaya melakukan apa yang diinginkan keluarga pasien. Namun, kondisi saat itu semua rumah sakit di Pemalang hingga Tegal penuh. Ada yang tidak penuh yakni di RS Margono Purwokerto namun pihak keluarga menolak karena dinilai terlalu jauh.

"Sempat akan kami rujuk yang mana kami sudah menghubungi rumah sakit yang ada di Pemalang dan pada saat itu (rumah sakit lain) sedang penuh-penuhnya. Dokter telah melakukan rujukan ke rumah sakit yang ada kamar ICU untuk anak serta fasilitas CT scan. Tapi rumah sakit penuh semua. Dapatnya di RS Margono," katanya.

Karena keluarga pasien menolak, lanjutnya, mereka akhirnya minta untuk pulang paksa.

"Dari keluarga pasien juga menghendaki untuk pulang paksa, dan meminta tim kami untuk mengantar. Sedangkan prosedur pulang paksa, kami tidak bertanggung jawab setelah penandatanganan persetujuan tersebut. Tapi tidak jadi pulang paksa," ujarnya.

Di kesempatan yang sama, Kuasa Hukum RS Harapan Sehat, Pemalang, Ahmad Soleh mengungkapkan pihaknya telah meminta keterangan tim medis yang saat itu menangani pasien. Dari hasil pemeriksaan itu, didapati tim medis yakni dokter maupun perawat tidak melakukan pemukulan seperti apa yang dituduhkan keluarga pasien. Pihaknya juga memastikan tim medis telah bekerja sesuai dengan SOP.

"Jadi, pada intinya rumah sakit harapan sehat Pemalang itu telah bekerja dan menangani pasien sesuai dengan SOP. Terkait dengan kabar dari dokter itu melakukan pemukulan itu tidak benar," ungkapnya.

Soal penganiayaan, Ahmad Soleh menyebut justru tim medis yang menjadi korban penganiayaan oleh keluarga korban.

"Ada lima orang yang melakukan penganiayaan tim nakes kami. Karyawan kami yang tengah melakukan penanganan (pasien) ditendang hingga jatuh," katanya.

"Ada juga dokter dan perawat yang tangannya digigit, diduga saat gigit inilah giginya patah atau apa, kita belum tahu. Yang jelas ada penganiayaan dari keluarga ke dokter dan perawat yang mana itu sudah kami laporkan ke pihak kepolisian," ungkapnya.

Cerita Orang Tua Pasien

Pasien adalah anak dari pasangan M Ahwan dan Triyanti. Saat ditemui di Kantor Hukum Putra Pratama, Pemalang, keduanya menceritakan peristiwa yang terjadi.

Ahwan menjelaskan awalnya pada pada Rabu (3/4) lalu anaknya sakit panas dan ia bawa ke RS Harapan Sehat.

"Anak saya kondisi panas, terus saya masuk ke ruang IGD, dari pihak perawat menawarkan intinya ada ruang kelas tiga yang kosong nanti sore, sedangkan saya di ruang dari jam 11 sampai jam 3 (sore), ia jam 3 (sore) naik ke lantai atas ruang mawar ia di situ ada penanganan, tetapi panasnya naik turun naik turun," kata Ahwan, Minggu (21/4).

Anaknya dirawat hingga berhari-hari. Menurut Ahwan, panas anaknya tidak kunjung turun. Ia sempat menanyakan ke pihak dokter terkait sakit anaknya, namun ia merasa jawabannya kurang memuaskan.

"Berjalannya waktu sampai empat hari, saya meminta rujukan tetapi intinya pihak rumah sakit mengabaikan dan mengulur-ngulur terus, katanya ntar ya Pak, sabar gitu," ungkapnya.

Pihak keluarga menuding tim medis tidak bekerja sesuai dengan prosedur. Hingga akhirnya pada Minggu (7/4) nyawa anaknya tidak tertolong. Melihat hal itu, ibu korban, Triyanti histeris dan refleks menarik baju dokter meminta pertanggungjawaban.

"Saya refleks menarik baju dokter minta pertanggungjawaban tetapi saat itu dokternya juga refleks menyingkirkan tangan saya dengan keras sehingga mengenai mulut dan gigi saya patah," ungkap Triyanti.

Saat itulah kemudian terjadi kericuhan di ruang perawatan dan saling tuding berujung laporan ke polisi terkait penganiayaan.

"Saya menuntut keadilan atas kesewenang-wenangan dan kekecewaan saya kepada Rumah Sakit Harapan Sehat atas meninggal anak saya," imbuh Ahwan.

Di lokasi yang sama, kuasa hukum keluarga pasien, Imam Subiyanto mengatakan pihaknya saat ini masih melakukan upaya hukum atas dugaan malapraktik dan penganiayaan oleh pihak RS Harapan Sehat, Kabupaten Pemalang.

"Upaya hukum yang akan kami lakukan yang jelas upaya mau mengajukan gugatan perdata dan pidana. Kalau kita bicara tentang malapraktik dalam hal ini tentunya ada kegagalan untuk memberikan standar perawatan yang tepat. Yang kedua, adanya, cedera yang diakibatkan oleh kelalaian kecerobohan sehingga cedera tersebut mempunyai konsekuensi yang merusak," kata Imam.

"Kami akan mencoba ke pihak rumah sakit untuk memberikan audit klinik dan audit kematian untuk pertimbangan hukum kami nanti," tambahnya.

Pihak keluarga korban menuding pihak rumah sakit lalai dan ceroboh dalam penanganan pasien hingga mengakibatkan jiwa pasien tidak tertolong. Kasus ini telah dilaporkan ke Polres Pemalang pada Kamis (18/4).

Polres Pemalang Turun Tangan

Terpisah, Kasi Humas Polres Pemalang Iptu Lindu Wijayadi saat dimintai konfirmasi mengatakan pihaknya telah menerima aduan dari pihak keluarga pasien.

"Masih kita tangani kasus ini. Kita mendapat laporan pada Kamis (18/4)," katanya singkat.




(rih/rih)


Hide Ads