KPAI Ungkap Profil Anak Pembacok Guru Madrasah di Demak

KPAI Ungkap Profil Anak Pembacok Guru Madrasah di Demak

Mochamad Saifudin - detikJateng
Rabu, 27 Sep 2023 14:57 WIB
Komisoner KPAI Dian Sasmita.
Komisoner KPAI, Dian Sasmita. Foto: Jarmaji/detikJateng
Demak -

Komisioner Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), Dian Sasmita menyebut siswa yang membacok guru madrasah di Demak itu dari keluarga yang rentan. Dia pun mengingatkan agar pemerintah daerah setempat melakukan intervensi sejak awal.

"Gambaran profil anak yang seperti ini kita dapati di berbagai tempat. Pemerintah seharusnya punya data, itu penyandang masalah kesejahteraan sosial, PMKS kalau nggak salah," kata Dian saat dihubungi detikJateng, Kamis (27/9/2023).

Dian mengatakan, profil siswa pelaku pembacokan guru di Demak itu termasuk anak yang rentan. "Harusnya keluarga yang rentan mendapatkan intervensi dari pemerintah sejak awal. Jangan hanya ketika ada kasus seperti itu, baru pemerintah daerah turun melakukan pendampingan bla bla bla," imbuhnya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dian juga mengingatkan agar pemerintah mengalokasikan sumber daya yang lebih besar untuk pencegahan dan pengurangan risiko pada keluarga rentan.

"Pemerintah perlu mengoptimalkan lembaga lembaga konsultasi keluarga, lembaga konseling keluarga, ini penting sekali. Sehingga anak yang tumbuh di dalam keluarga rentan ini tidak semakin berisiko menjadi korban kekerasan atau pelaku kekerasan," ujarnya.

ADVERTISEMENT

Menurut Dian, profil anak tersebut terbilang memprihatinkan dan dia tak bisa keluar dari jeratan kondisi itu.

"Dia belum cukup umur untuk jadi tulang punggung keluarga, kemudian dia masih punya keinginan besar untuk bersekolah. Tapi posisinya dia seperti itu. Muncul respons-respons pada anak yang menjadi beban tadi, menanggung beban keluarga," jelasnya.

Dalam kasus ini, Dian berharap pemerintah daerah memberikan pendampingan secara serius. Dia juga berharap agar Pemkab Demak melakukan intervensi secara kolaboratif melalui berbagai dinas kepada para keluarga rentan agar kasus serupa tidak terulang pada anak lain.

Diberitakan sebelumnya, siswa pembacok guru madrasah itu sehari-harinya membantu keluarganya dengan berjualan nasi goreng.

"Memang si pelaku dalam kesehariannya membantu keluarga untuk jualan nasi goreng. Dia bekerja," ujar Kasat Reskrim Polres Demak, AKP Winardi saat konferensi pers, Selasa (26/9).

Winardi mengatakan pembacokan itu terjadi akibat kekecewaan pelaku setelah dilarang mengikuti ujian tengah semester. Dia dilarang ikut ujian karena belum mengerjakan tugas dari sekolah sesuai tenggat.

Meski mendapat sanksi itu, MAR tetap berangkat ke sekolah pada Senin (25/9) lalu dengan harapan masih boleh mengikuti ujian tengah semester. Setelah guru tetap melarangnya, remaja itu pun kecewa. Dia akhirnya pulang dan mengambil sabit lalu kembali ke sekolah.

"Sampai di sekolah, si pelaku masuk ke ruangan kelas menemui si korban. Saat ketemu korban tidak basa-basi apapun, hanya mengucapkan salam masuk ke ruang kelas, langsung melakukan penganiayaan terhadap korban," ujar Winardi.




(dil/sip)


Hide Ads