Pengasuh Ponpes Batang Perkosa Belasan Santri, Ganjar Utus Tim Evaluasi

Pengasuh Ponpes Batang Perkosa Belasan Santri, Ganjar Utus Tim Evaluasi

Robby Bernardi - detikJateng
Selasa, 11 Apr 2023 14:13 WIB
Pengasuh ponpes di Batang, Jateng cabuli dan perkosa belasan santriwati saat gelar kasus, Selasa (11/4/2023).
Pengasuh ponpes di Batang, Jateng cabuli dan perkosa belasan santriwati saat gelar kasus, Selasa (11/4/2023). Foto: Robby Bernardi/detikJateng
Batang -

Pengasuh salah satu pondok pesantren (ponpes) di Batang ditangkap polisi. Dia diduga memperkosa dan mencabuli belasan santriwati. Jika hasil evaluasi menyatakan tidak layak, ponpes itu terancam ditutup.

Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo mengatakan akan mengerahkan tim evaluasi ke ponpes itu dan menggandeng pihak kementerian agama.

"Kita turunkan tim, ini masih libur (aktivitas belajar di ponpes), pada pulang. Kita akan evaluasi, kita akan turunkan tim. Kalau tidak layak akan kita tutup," kata Ganjar saat menghadiri ungkap kasus pencabulan dan persetubuhan oleh pengasuh ponpes di Mapolres Batang, Selasa (11/04).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Karena ini pondok pesantren, kita akan gandeng Kementerian Agama untuk mengecek kondisi yang di sana dan melakukan treatment. Apakah model seperti ini masih layak model belajar mengajarnya atau kita tutup, karena ini betul-betul tidak memberikan pembelajaran yang baik," sambung Ganjar.

Menurut Ganjar, kasus semacam ini sudah dua kali terjadi di Kabupaten Batang. Kasus sebelumnya dilakukan oleh oknum guru agama di SMP Negeri Gringsing. Korban guru itu sebanyak 22 siswi.

ADVERTISEMENT

Ganjar juga mengimbau para orang tua agar intens berkomunikasi dengan anak-anaknya, agar anak bisa berkeluh kesah kepada orang tua.

"Buat kami ini serius, kami membuka ruang untuk melapor dan publik musti berani. Titik saya pertama pada orang tua agar selalu berkomunikasi dengan anaknya secara intens, sehingga anak bisa melapor, bisa berkeluh kesah. Apa yang terjadi dalam proses belajar mengajar, di manapun berada bisa disampaikan ke orang tua," tegas Ganjar.

"Kejadian ini beberapa kali terjadi, yang di Batang saja September pernah terjadi. Artinya kita jauh-jauh lebih serius untuk menyampaikan kepada masyarakat dan publik dan mengontrol apakah itu sekolah umum, pondok pesantren, atau tempat lain yang mempunyai potensi seperti ini," imbuh Ganjar.

Ganjar juga meminta pihak sekolah untuk menempelkan nomor pengaduan di sejumlah lokasi agar korban segera mengadu jika ada tindakan serupa maupun tindakan lainnya seperti perundungan.

"Ditempel nomor telepon di sekolah, agar anak berani menelepon. Ini tidak saja pada kasus asusila, karena buktinya juga terjadi kasus bullying," pungkas Ganjar.




(dil/ams)


Hide Ads