"Malam ini terakhir harus minum kopi dua kali, nurut, suruh Aki Banyu juga sama kayak gitu. Bapak ngomong sekalian saja kan si Ai juga sudah tahu sudah dibilangin juga sama Aki Banyu harus minum dua kali," kata Duloh.
Kopi Malam Terakhir
Pada Rabu (11/1) sekitar pukul 20.30 WIB, Duloh bergegas mencari kopi saset. Supaya tak dicurigai, ia juga membeli gorengan untuk disuguhkan kepada para korban.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Jam 9 malam bilang Bapak, 'harus ngopi dulu sebelum tidur'. Tapi minum kopi ini malam terakhir, harus minum dua kali (jam 21.00 WIB) sama jam 00.00 WIB lewat. Sesudah itu habis gorengan sampai jam 10-11 malam pada tiduran Ai, Ridwan, Wandi (Riswandi), Dede, ada di situ," kata Duloh.
Tepat pukul 00.00 WIB, setelah pura-pura tidur, Duloh bangun dan mulai meracik kopi beracun.
"Karena ada tugas dari Wowon harus cepat-cepat katanya, sesudah itu Bapak ngisi kopi 4 saset, satu punya Bapak nggak diisi. Yang satu (diberi) dua racunnya, tiga (gelas) kasih 7 (racun tikus)," ucapnya.
Duloh kemudian memasak air di perapian menggunakan kayu bakar. Plastik bekas racun dia gunakan untuk mempermudah agar kayu cepat menyala.
"Sesudah itu Dede dibangunin 'kamu jangan enak-enekan wae (saja), harus bantu dong, harus bersama', 'Siap' katanya, bangun dia. Gantian Bapak di depan dia masak sampai mendidih," ujarnya.
Empat gelas kopi yang sudah berisi racun itu kemudian ditunggu hingga airnya hangat. Setelah itu Duloh membangunkan Ai Maemunah dan anak-anaknya yang sedang tidur.
Ai Maemunah Kesakitan
Pukul 00.20 WIB, semua sudah kumpul. Duloh kemudian mengajak Maemunah dan anak-anaknya meminum kopi yang telah diisi racun dan menghabiskannya sekaligus.
Mereka menuruti perintah Duloh. Tapi Neng Ai yang hanya meminum satu sendok karena kondisinya saat itu sedang sakit. "Saya bilang, kalau mau, kasih saja (Neng Ayu) sedikit biar sembuh dia. Dikasih dia sedikit, cuma satu sendok," ucapnya.
Setelah itu Duloh mempersilakan semuanya kembali tidur. Namun para korban mulai gelisah dan tidak bisa tidur. "Setelah berbaring tidur, 'aduh Pak puyeng, pusing' saya bilang tidurin saja. 'Nggak bisa tidur', malah keluar busa sambil berteriak 'Awh... awh... awh'," ujarnya.
Mengetahui hal itu, Duloh panik. Dia kemudian membekap mulut korban Ai Maemunah dan mencekiknya.
"Langsung Bapak bekap mulutnya biar tidak teriak, Ai Maemunah juga sama, berteriak. Cuma si Dede belum keluar, berbusa karena sedikit. Si Dede cuma buang-buang ludah doang, puyeng katanya, anak-anak udah berteriak. 'De, kamu harus bertanggung jawab bersama-sama karena dari awal kamu bersama bekerja' kata saya. dia bilang 'siap, Pak'," katanya.
Setelah itu Duloh melarikan diri dan meninggalkan Dede, yang saat itu juga mengalami muntah-muntah. Duloh dan Wowon kemudian ditangkap di Cianjur, Jawa Barat, beberapa hari kemudian.
(dil/apl)