Tersangka Dhio mengaku belajar untuk meracuni keluarganya dari kasus Munir hingga kopi sianida Mirna. Upaya meracuni keluarganya itu pertama kali direncanakan pada Kamis (17/11) dan dieksekusi pada Rabu (23/11). Pada Rabu (23/11) itu, dia mencampurkan racun arsenik ke dalam es dawet.
"Percobaan pertama gagal karena efek dari zat kimia tersebut tidak berdampak meninggal. Yang bersangkutan (tersangka) belajar kembali browsing, zat kimia apa yang menyebabkan kematian. Kemudian, yang bersangkutan menemukan sianida, belanja kembali," kata Plt Kapolresta Magelang AKBP Mochammad Sajarod Zakun kepada wartawan di Polresta Magelang, Senin (5/12/2022).
Sajarod menerangkan tersangka Dhio lalu membeli sianida pada (25/11). Racun ini kemudian dia campurkan ke dalam teh dan es kopi yang diminum orang tua dan kakaknya hingga meninggal dunia.
"Menurut informasi dari yang bersangkutan menjelaskan beli arsenik via online dengan harga Rp 450 ribu, sedangkan untuk zat kimia sianida itu seharga Rp 750 ribu," jelas Sajarod.
Sajarod menerangkan tersangka yang pengangguran itu memiliki uang dari pemberian keluarganya. Sebagai anak bungsu, tersangka Dhio selalu mendapatkan kasih sayang dari orang tuanya.
"Pertanyaannya dari mana yang bersangkutan dapat duit atau uang? Yang bersangkutan, menurut informasi yang kami dapat, anak bungsu selalu diberikan kasih sayang yang berlebih dari kedua orang tuanya, sehingga apa saja yang menjadi permintaannya untuk kebutuhannya dia selalu dipenuhi. Terlebih, uang jajan dan sebagainya," tutur Sajarod.
Untuk diketahui, peristiwa pembunuhan itu terjadi pada Senin (28/11) lalu. Tersangka meracuni kedua orang tua dan kakaknya di rumahnya di Mertoyudan, Magelang hingga mengakibatkan meninggal dunia.
Ketiga korban ditemukan terpisah dalam kamar mandi. Dhio kini telah dijerat pasal pembunuhan berencana dengan ancaman maksimal hukuman mati.
(ams/apl)