Banyumas - Masyarakat adat Anak Putu Banokeling di Desa Pekuncen, Banyumas, menggelar Perlon Unggahan. Acara turun-temurun itu rutin digelar menjelang bulan Ramadan.
Foto Jateng
Uniknya Perlon Unggahan, Tradisi Anak Putu Banokeling Banyumas Sambut Puasa

Juru bicara sekaligus Kuncen Anak Putu Banokeling, Sumitro (68) menjelaskan prosesi Perlon Unggahan dahulunya merupakan syukuran usai panen padi sebelum agama Islam masuk ke daerah setempat. Foto: Anang Firmansyah/detikJateng
Menurut Mitro, setelah Islam masuk ke daerah setempat, kemudian Perlon Unggahan dijadikan prosesi adat menjelang bulan Ramadan. Para sesepuh yang saat ini masih hidup merupakan keturunan ke-13 Eyang Banokeling. Foto: Anang Firmansyah/detikJateng
Mitro menyebut trah Banokeling dahulunya berkelana sampai ke daerah Kabupaten Cilacap. Sampai sekarang masih tetap eksis dan tradisi ini digelar satu tahun sekali. Foto: Anang Firmansyah/detikJateng
Tujuan kegiatan tersebut yaitu bersilaturahmi karena digelar secara akbar satu tahun sekali. Foto: Anang Firmansyah/detikJateng
Satu hari sebelum Perlon Unggahan, Anak Putu Banokeling yang berasal dari beberapa wilayah di Cilacap terlebih dahulu melakukan prosesi jalan kaki sejauh sekitar 40 km dengan membawa hasil bumi. Foto: Anang Firmansyah/detikJateng
Untuk tahun ini masyarakat adat Banokeling menyembelih 31 ekor kambing dan 1 sapi yang berasal dari sumbangan anak putu. Kemudian dilanjutkan dengan makan bersama usai ziarah makam yang dilaksanakan pada siang hari ini. Foto: Anang Firmansyah/detikJateng
Sementara itu, Kepala Desa Pekuncen, Karso mengungkapkan sedikitnya ada seribuan masyarakat setempat yang masih memegang teguh prosesi Perlon Unggahan setiap tahunnya. Mereka adalah anak putu yang saat ini tinggal di sekitar Makam Eyang Banokeling. Foto: Anang Firmansyah/detikJateng