Ratusan warga Sukolilo, Kabupaten Pati, menggelar acara hajatan membawa ingkung di sendang lereng pegunungan Kendeng. Tradisi ini upaya untuk mensyukuri alam dengan menggelar syukuran.
Siang tadi, ada ratusan warga bergotong royong membersihkan sendang sumber mata air Desa Sukolilo. Setelah itu warga bergiliran membawa nasi berkat berisi ingkung dan berdoa bersama di sekitar sendang.
Selesai doa bersama, nasi berkat itu dimakan bersama. Tokoh masyarakat Desa Sukolilo, Suparjo mengatakan kegiatan ini digelar tiga kali dalam setahun, tiap Rabu Pon.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kegiatan warga setiap tahun 3 kali, bersih sumber itu menjaga kelestarian di sini, menjaga pohon di sini, menjaga lingkungan," jelas Suparjo di lokasi, Rabu (17/12/2025).
Warga menggelar tradisi doa bersama di sendang Desa Sukolilo Kecamatan Sukolilo Pati sebagai bentuk menjaga dan syukur terhadap lingkungan, Rabu (17/12/2025). Foto: Dian Utoro Aji/detikJateng |
Menurut dia, sendang ini menjadi sumber kehidupan masyarakat. Ada ratusan rumah yang memanfaatkan air dari sendang tersebut. Mereka menyedot air dari sendang itu. Saat kemarau pun sendang itu tidak pernah kering.
"Sumber ini digunakan untuk seluruh masyarakat di sini. Pernah mau dibeli dari produksi air beberapa miliar berapun tidak dijual," terang dia.
Tokoh Sedulur Sikep, Gunretno, mengatakan hari ini bersama dengan warga di lereng Pegunungan Kendeng menggelar acara bersih dan doa bersama di sendang. Menurutnya sendang yang ada di Desa Sukolilo menjadi sumber kehidupan warga.
"Kami mengajak sedulur semua supaya memiliki kesadaran untuk menjaga lingkungan. Jadi hidup butuh bernafas, butuh minum, lah itu butuh bagaimana caranya air itu tetap lancar. Karena ketika hujan yang menampung adalah gunung tersebut," jelas Gunretno di lokasi.
Menurut dia, kondisi hutan dan Pegunungan Kendeng sudah rusak. Banyak penggundulan hingga penambangan yang merusak alam. Oleh karena itu, pihaknya mengajak kepada masyarakat untuk peduli terhadap kondisi lingkungan pegunungan Kendeng.
"Karena kegundulan hutan dan situasi rusak, sekarang agar awalnya jernih kena lumpur setiap tahun tiga kali dibersihkan dan dan disyukuri. Karena ini pun air untuk mencukupi semua," jelas dia.
Lebih lanjut, dia mengatakan perjuangan tidak hanya menolak pendirian pabrik semen hingga penambangan, akan tetapi juga peduli merawat kondisi lingkungan yang hari semakin rusak.
"Harapan memang karena situasi sekarang jelas semua pada merasakan seperti banjir Sumatera harapannya setelah berjuang tidak soal penolakan pabrik semen, tidak soal penggundulan hutan, itu memang Sedulur fungsi daripada Kendeng itu berhubungan kehidupan masyarakat tidak tergantung dengan siapa-siapa, tapi memang harus ada penghijauan," ujarnya.
(alg/dil)












































