6 Mitos Gunung Slamet yang Dipercaya Masyarakat Sekitar

6 Mitos Gunung Slamet yang Dipercaya Masyarakat Sekitar

Azkia Nurfajrina - detikJateng
Rabu, 31 Jan 2024 18:15 WIB
Desa wisata Serang, Purbalingga, menawarkan sensasi menginap yang unik. Berada dalam kawasan DLAS, penginapan ini berupa cottage berbentuk gentong kayu.
Foto: Tripa Ramadhan
-

Salah satu gunung yang ada di Jawa Tengah yakni Gunung Slamet. Secara administratif, gunung ini terletak di lima kabupaten: Pemalang, Banyumas, Brebes, Tegal, dan Purbalingga.

Gunung Slamet juga merupakan gunung tertinggi di Jawa Tengah. Dengan puncaknya berada di ketinggian 3.428 meter di atas permukaan laut (mdpl), Gunung Slamet dijuluki sebagai Atap Jawa Tengah.

Di samping itu, Gunung Slamet termasuk gunung favorit yang kerap dipilih untuk jalur pendakian.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Di balik itu semua, ada sejumlah mitos yang beredar dari mulut ke mulut mengenai Gunung Slamet. Seperti apa mitosnya? Simak pada uraian di bawah.

Mitos Tentang Gunung Slamet

Mitos-mitos tentang Gunung Slamet yang diturunkan dari para leluhur masih diyakini masyarakat yang tinggal di sekitar gunung itu. Berikut sejumlah mitos Gunung Slamet, dikutip dari tesis berjudul Mitos di Gunung Slamet karya Maria Astria Rini.

ADVERTISEMENT

1. Mitos Meletusnya Gunung Slamet akan Membelah Pulau Jawa

Sebagian masyarakat Jawa mempercayai bahwa Gunung Slamet sebagai pusat dari Pulau Jawa. Sebelumnya, nama gunung ini adalah Gunung Agung. Kemudian diganti dan sampai sekarang dikenal dengan Gunung Slamet.

Letusan terakhir gunung ini terjadi pada 2009. Gunung Slamet mengeluarkan lava pijar berupa semburan di dalam kawah.

Menurut sesepuh di Dusun Bambangan yang berada di sekitar Gunung Slamet, gunung tersebut belum pernah meletus parah yang sampai menyemburkan lahar hebat sejak zaman kakek buyut. Yang selama ini terjadi sebatas 'batuk-batuk' saja atau membuang napas.

Seperti yang dikatakan mitos orang dahulu, jika Gunung Slamet benar-benar meletus maka ia akan membelah Pulau Jawa menjadi dua bagian. Ini kemungkinan karena retakan besar yang membentang dari utara ke selatan bisa saja muncul sehingga dua bagian yang terbentuk itu akan bergeser saling menjauh.

Seluruh wilayah dekat dengan Gunung Slamet juga disebutkan bisa terkena semburan lahar, debu, atau awan panas apabila gunung ini meletus hebat.

2. Mitos Upacara Ruwat Bumi di Gunung Slamet untuk Memohon Keselamatan

Kata 'slamet', nama gunung ini, dalam bahasa Indonesia artinya selamat. Dari namanya saja, masyarakat Bambangan yakin bahwa Gunung Slamet memberikan rasa aman dan keselamatan bagi masyarakat sekitarnya.

Gunung Slamet juga dipercaya sebagai gunung keramat. Hingga kini pun masih ada masyarakat sekitarnya yang memohon berkah, keselamatan, hingga ketenteraman di sana. Ada pula warga yang melakukan semedi selama beberapa hari di gunung tersebut.

Agar permohonan di Gunung Slamet dapat terkabul, masyarakat Bambangan melakukan tradisi ruwat bumi. Upacara ini dilaksanakan satu tahun sekali pada bulan Sura atau Muharram. Biasanya diadakan pada malam Selasa Kliwon atau malam Jumat Kliwon.

Dengan menggelar upacara ruwat bumi, masyarakat setempat percaya keseimbangan manusia dengan alam dapat terwujud sehingga menciptakan ketenteraman dan keselamatan bagi sekitarnya.

Rangkaian tradisi ruwat bumi terbagi menjadi tahap persiapan dan pelaksanaan. Untuk persiapan, akan membuat makanan persiapan sesaji, panggung untuk lengger. Dan pada tahap pelaksanaan dilakukan peletakan sesaji, pertunjukan calung, penyembelihan kambing, pertunjukan lengger, serta perebutan sayuran dan air.

3. Mitos Makhluk Penguasa Gunung Slamet

Masyarakat setempat menyebutkan ada makhluk halus yang disebut juga dhanhyang atau bahureksa yang menempati serta menguasai Gunung Slamet. Makhluk ini dikenal dengan nama Mbah Jamur Dipa.

Mbah Jamur Dipa diyakini sebagai perantara permintaan doa yang ditunjukkan kepada Tuhan. Dengan begitu, suatu permohonan bisa terkabul.

Gelaran upacara ruwat bumi juga dilaksanakan sebagai persembahan dan penghormatan terhadap sang penguasa Gunung Slamet ini.

4. Mitos Gunung Slamet adalah Tempat Angker

Gunung Slamet dipercaya sebagai tempat keramat yang dihuni oleh roh leluhur dan makhluk halus. Gunung ini juga dianggap angker lantaran ada kekuatan gaib yang mesti dihormati.

Disebutkan terdapat pasar siluman dan gua slamet di sana. Selain itu, ada penunggu yang disebut Mbah Rantasari di pohon besar yang terletak di area jembatan jalan masuk ke Dusun Bambangan.

Menurut masyarakat setempat, makhluk-makhluk tersebut akan melakukan hal berdampak buruk terhadap siapa saja orang yang mengusik keberadaannya di sekitar lokasi yang mereka tempati.

5. Mitos Hewan yang Hidup di Gunung Slamet Tidak Mengganggu

Sejumlah hewan yang pernah terlihat di Gunung Slamet ada lutung, babi hutan, celeng, hingga macan. Di sisi lain, makhluk halus juga bisa menjelma menjadi ular besar dan kuda sembrani.

Akan tetapi, binatang-binatang ini dipercaya tidak akan mengganggu masyarakat yang tinggal di sekitar gunung tersebut maupun para pendaki yang datang ke sana.

6. Mitos Larangan saat Mendaki Gunung Slamet

Terdapat sejumlah larangan yang tidak boleh dilanggar ketika mendaki di Gunung Slamet. Larangan ini mesti dipatuhi agar para pendaki dapat mencapai puncak dan kembali dalam keadaan selamat.

Mitos larangan di Gunung Slamet yang beredar, antara lain larangan berbicara sembarangan, mengeluh atau mengekspresikan perasaan hati secara terbuka melalui kata-kata vulgar, ceroboh, hingga buang air kecil atau besar sembarangan.

Tidak diperkenankan pula memiliki maksud jahat saat pendakian di gunung ini. Serta jangan berbuat sembarangan, seperti menebang pohon atau memakai mata air tanpa izin.

Apabila dilanggar, sejumlah larangan tersebut bisa membuat makhluk halus penunggu Gunung Slamet marah. Sehingga orang yang melanggarnya dipercaya dapat mengalami kerugian, sakit, bahkan kematian.

Itu tadi sederet mitos Gunung Slamet yang beredar luas dan masih diyakini masyarakat yang tinggal di sekitarnya.




(fds/fds)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads